Suara.com - Polisi masih kesulitan mengidentifikasi 43 kantong jenazah korban ledakan di Panca Buana Cahaya Sukses. Pasalnya, keluarga korban yang mendatangi Posko Antemortem di RS Kramatjati, Jakarta Timur tidak membawa data-data yang diperlukan polisi.
"Nah itu data yang dari keluarga yang susah, belum lengkap. Keluarga pertama datang kan hanya melapor," kata Kepala Operasional RS Polri Komisaris Besae Edy Purnomo saat ditemui di kantornya, Minggu (29/10/2017).
Agar memudahkan proses identifikasi korban, polisi membuat grup WhatsApp (WA) untuk mengumpulkan data-data antemortem dari masyarakat yang merasa anggota keluarganya menjadi korban ledakan pabrik petasan kembang api tersebut.
"Di posko antemortem itu dibuat grup korban kasus ini. Jadi perlu data apa, di-share lewat grup. Dia (keluarga) akan kirim datanya ke kami, baik foto, kalau ada cincin kawin, kirim saja fotonya," ungkapnya
Baca Juga: Kasus Ledakan Pabrik Petasan, Baru 4 Jasad Teridentifikasi
Grup itu, lanjut Edy, dibuat agar keluarga korban tidak repot mondar-mandir ke RS Polri untuk memberikan keterangan kepada petugas.
"Jadi nggak usah datang mondar-mandir. Ya ada yang di Jakarta, dan daerah lain. Jadi mereka cuma kirim foto saja," ungkap Edy.
Sejauh ini, 50 keluarga sudah melaporkan ke posko Antemortem RS Polri untuk mencari tahu anggota keluarga yang hilang pasca ledakan yang terjadi di pabrik petasan pada Kamis (26/10/2017).
Dari data tersebut, polisi baru mengindentifikasi empat jenazah dan telah dikembalikan kepada keluarga. Sedangkan 43 kantong jenazah korban ledakan pabrik belum teridentifikasi.
Dalam ledakan pabrik tersebut, polisi telah menetapkan tiga orang tersangka. Mereka adalah pemilik PT Panca Buana Cahaya Sukses; Indra Liyino, Direktur Operasional PT Panca Buana Sukses; Andri Hartanto sebagai dan, tukang las bernama Suparna Ega.