Suara.com - Senja yang belum lagi temaram di Kampung Akuarium, kembali diriuhkan canda tawa anak-anak yang bermain. Bocah-bocah itu asyik bermain di antara puing-puing bekas rumah mereka yang diruntuhkan pemerintah.
"Biar aku aja yang jadi tikusnya. Aku kan kecil," tutur Amel kepada teman-temannya, sembari masuk ke tengah lingkaran yang mereka bentuk.
Anak-anak itu memainkan permainan yang terbilang kuno untuk ukuran kaum metropolis Jakarta: “tikus dan kucing”. Mereka riang bekejar-kejaran dalam permainan tersebut.
Baca Juga: Polisi Selidiki Pabrik Petasan yang Terbakar Gunakan Buruh Anak
Namun, keriangan bocah-bocah Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, itu belum tentu daim. Sebab, sewaktu-waktu, mereka bisa dipaksa kembali angkat kaki oleh pemprov karena dianggap warga ilegal.
Kampung Akuarium adalah daerah yang pernah digusur oleh Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat. Persisnya, mereka digusur pada 11 April 2016.
Kawasan itu sempat tak berpenghuni setelah digusur. Rumah-rumah semipermanen mereka juga sudah rata dengan tanah. Namun, kekinian, kampung itu kembali bergeliat.
Warga korban penggusuran memutuskan kembali ke Kampung Akuarium, sebagai bentuk perlawanan.
”Sebulan setelah digusur, sebenarnya kami sudah berangsur-angsur kembali ke sini. Kami kembali bangun bedeng-bedeng triplek untuk tempat tinggal sementara. Ini bentuk penolakan kami terhadap penggusuran,” kata warga bernama Topa kepada Suara.com, Kamis (26/10/2017) sore.
Baca Juga: Bedeng-bedeng Perlawanan di Kampung Akuarium