Kesedihan Ratna (47) belum terobati. Ratna merupakan ibunda mahasiswi Universitas Esa Unggul, Tri Ari Yani Puspo Arum, yang dibunuh di kamar kos, Jalan H. Asmat Ujung, Perumahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Senin (9/1/2017).
Untuk pelipur lara, Ratna menyibukkan diri mendampingi suami, Kasim, bekerja di luar kota. Kasim bekerja di perusahaan bidang infrastruktur.
"Saya sekarang sering ikut bapak mas kerja. Sekarang lagi ada proyek di daerah Jombang. Sudah dari semenjak lebaran di sana. Pulang hanya ambil baju dulu sekarang," kata Ratna kepada Suara.com, Selasa (24/10/2017).
Ratna sering menangis kalau sendirian di rumah. Dia selalu terkenang putrinya.
"Itu bapaknya Arum yang minta. Kamu mending ikut saya kerja ya, kamu selalu sedih dan menangis kalau di rumah lagi sendiri," ujar Ratna menirukan ajakan suami.
Ratna dan Kasim saling menguatkan untuk menerima kenyataan.
"Bapak bilang mau sedih sampai kapan kamu istriku, sudah takdir Allah yang tentukan semua. Kita sekarang hanya bisa pasrah. Biarkan Arum tersenyum dari surga melihat orang tuanya," kata Ratna sambil menangis.
Ratna teringat setiap kali hari libur kuliah, Puspo pulang ke Kramatjati dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Puspo merupakan anak yang mandiri. Dia mengambil kelas karyawan.
"Nggak pernah saya lupa almarhum manja sekali sama ibunya, dia kalau sudah libur kuliah selalu banyak di rumah. Seharian Arum hanya duduk di sofa nonton televisi sambil baca buku," ujar Ratna.
Setiap kali belanja kebutuhan kuliah, Puspo selalu minta didampingi Ratna. Ratna kembali berurai air, teringat kenangan itu.
"Sudah nggak mau nangis lagi sebenarnya mas. Gara - gara kamu saya diingatkan lagi kan. Alhamdulillah saya sudah mulai tabah dan hadapi semuanya. Allah pasti berikan jalan terbaik buat keluarga. Saya selalu kirim doa dan salat kalau kangen Arum. Tiap Minggu kami selalu datang ke kuburan Arum," kata Ratna.
Sampai saat ini, polisi belum berhasil mengungkap kasus pembunuhan Puspo Arum.
Keluarga berharap polisi menuntaskannya.
Untuk pelipur lara, Ratna menyibukkan diri mendampingi suami, Kasim, bekerja di luar kota. Kasim bekerja di perusahaan bidang infrastruktur.
"Saya sekarang sering ikut bapak mas kerja. Sekarang lagi ada proyek di daerah Jombang. Sudah dari semenjak lebaran di sana. Pulang hanya ambil baju dulu sekarang," kata Ratna kepada Suara.com, Selasa (24/10/2017).
Ratna sering menangis kalau sendirian di rumah. Dia selalu terkenang putrinya.
"Itu bapaknya Arum yang minta. Kamu mending ikut saya kerja ya, kamu selalu sedih dan menangis kalau di rumah lagi sendiri," ujar Ratna menirukan ajakan suami.
Ratna dan Kasim saling menguatkan untuk menerima kenyataan.
"Bapak bilang mau sedih sampai kapan kamu istriku, sudah takdir Allah yang tentukan semua. Kita sekarang hanya bisa pasrah. Biarkan Arum tersenyum dari surga melihat orang tuanya," kata Ratna sambil menangis.
Ratna teringat setiap kali hari libur kuliah, Puspo pulang ke Kramatjati dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Puspo merupakan anak yang mandiri. Dia mengambil kelas karyawan.
"Nggak pernah saya lupa almarhum manja sekali sama ibunya, dia kalau sudah libur kuliah selalu banyak di rumah. Seharian Arum hanya duduk di sofa nonton televisi sambil baca buku," ujar Ratna.
Setiap kali belanja kebutuhan kuliah, Puspo selalu minta didampingi Ratna. Ratna kembali berurai air, teringat kenangan itu.
"Sudah nggak mau nangis lagi sebenarnya mas. Gara - gara kamu saya diingatkan lagi kan. Alhamdulillah saya sudah mulai tabah dan hadapi semuanya. Allah pasti berikan jalan terbaik buat keluarga. Saya selalu kirim doa dan salat kalau kangen Arum. Tiap Minggu kami selalu datang ke kuburan Arum," kata Ratna.
Sampai saat ini, polisi belum berhasil mengungkap kasus pembunuhan Puspo Arum.
Keluarga berharap polisi menuntaskannya.