"Mereka kelas menengah yang 5-10 tahun lagi mereka bisa menjadi 'top leader' di bisnis, BUMN dan jabatan publik. Artinya, mereka akan menjadi kunci yang menelurkan kebijakan bepengaruh terhadap masa depan bangsa. Temuan ini tidak bisa dianggap remeh. Harus bisa menjadi salah satu alarm kita dalam kontestasi di tengah masyarakat. Itu bisa berujung pada implikasi politik yang mempengaruhi konsensus kebangsaan kita," jelasnya.
CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali, mengatakan, Rizieq muncul sebagai ulama panutan ketiga kelas menengah disebabkan popularitasnya terbilang tinggi.
“Rizieq terbantu popularitasnya karena kerap muncul di media konvensional, media daring dan media sosial. Ulama panutan itu mengalahkan ulama lain yang secara keilmuan tergolong sangat bagus,” terang Hasanuddin.
Ia mengatakan, survei itu mengambil sampel 1.200 responden di enam kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Baca Juga: Gara-gara Kartu Merah, Bonucci Batal Reuni dengan Juventus
Para responden merupakan profesional berusia 25-40 tahun dari kalangan pegawai negeri sipil, swasta dan profesional di badan usaha milik negara. Jajak pendapat dilakukan pada 10 September-5 Oktober 2017 melalui cara wawancara tatap muka.
”Periset menanyakan kepada responden berbagai soal, salah satunya terkait ulama yang menjadi panutan mereka. Hasil riset tersebut menunjukkan tiga ulama panutan itu mengalahkan ulama lain, meski memiliki keilmuan yang bagus dan menduduki jabatan penting di pemerintahan atau di organisasi kemasyarakatan,” jelasnya.
Secara persepsi, kata Hasanuddin, ulama-ulama senior memang dianggap memiliki otoritas keagamaan yang kuat.
Namun, terusnya, kalangan profesional tidak terlalu mengenal ulama-ulama senior yang berilmu mumpuni tersebut.
Baca Juga: Cetak Gol Menakjubkan, Giroud Gondol Puskas Award