Suara.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, bersama Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Syahrul Yasin Limpo, meresmikan underpass Simpang Mandai, sekaligus pencanangan pembangunan tol layang Andi Pangerang (AP) Pettarani. Peresmian dan groundbreaking dilaksanakan bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-348 Provinsi Sulsel.
Menteri Basuki dalam sambutannya mengatakan, pembangunan kedua infrastruktur tersebut sejalan dengan program pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meningkatkan konektivitas dan daya saing nasional, khususnya konektivitas di Kota Makassar, yang akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulsel.
"Saya lihat underpass Simpang Mandai sudah dimanfaatkan dengan baik. Kemacetan di Simpang Mandai bisa teratasi dengan memisahkan lalu lintas ekonomi regional Makasar-Maros-Parepare dengan lalu lintas keluar-masuk Bandara Sultan Hasanuddin," ujar Menteri Basuki, Sulsel, Kamis (19/10/2017).
Underpass Simpang Mandai dibuka sejak 18 Juni 2017 dan sudah digunakan masyarakat.
Underpass ini memiliki panjang efektif 1.050 meter, dengan panjang terowongan 110 m. Pembiayaan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Multiyears tahun anggaran 2015-2017 sebesar Rp174,63 miliar, dengan kontraktor pelaksana adalah PT. Adhi Karya dan PT. Wijaya Karya.
Basuki minta pembangunan tol layang AP Pettarani, yang merupakan seksi 3 dari Jalan Tol Ujung Pandang, segera dimulai sebab tidak diperlukan pembebasan lahan. Jalan tol layang yang memiliki panjang 4,3 km ini bernilai investasi lebih dari Rp2 triliun. Konstruksi akan menggunakan desain kantilever (double decker), yang merupakan teknologi pertama di Indonesia dan ditargetkan selesai pada 2020, dengan PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) sebagai kontraktor.
"Pekerjaan konstruksi di perkotaan seperti ini harus dikerjakan 2 shift. Hari Sabtu dan Minggu harus tetap bekerja agar selesai dengan cepat, sehingga tidak terlalu lama mengganggu arus lalu lintas," pesan Basuki.
Jalan tol layang ini akan menghubungkan Maros-Bandara Internasional Sultan Hasanuddin-Jalan Tol Seksi I dan II-Jalan Andi Pangerang Petta Rani hingga Jalan Sultan Alauddin. Tol layang Makassar ini memiliki jalur off/on ramp di tiga titik, yakni di Jalan Urip Sumiharjo, Jalan Boulevard, dan Jalan Sultan Aluddin.
Kendaraan dari arah Sultan Alauddin dapat melewati tol layang langsung ke bandara, tanpa melewati jalur utama Petta Rani. Jalan tol layang ini mampu melayani 45 ribu kendaraan dari arah tol Ir Sutami dan akan beroperasi pada 2020.
Merespons permintaan Gubernur Sulsel yang minta ditambahnya jaringan tol di Sulsel, Menteri Basuki mengatakan, awal 2018, tol Makassar hingga Maros akan mulai dibangun. Tol ini sangat penting sebagai penunjang jalur logistik Makassar-Maros-Parepare hingga Sulawesi barat dan tengah.
Turut hadir pada acara tersebut, Inspektur Jenderal Kementerian PUPR, Rildo Ananda Anwar, Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Syarif Burhanuddin, Kepala DPRD Sulsel, Moh. Roem, Walikota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT ) Kementerian PUPR, Herry TZ, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XIII Makassar, Bastian S. Sihombing dan Kepala Biro Komunikasi Publik, Endra S. Atmawidjaja.