Soal Pribumi, Yenny: Perkataan Anies Kurang Pas

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 20 Oktober 2017 | 13:21 WIB
Soal Pribumi, Yenny: Perkataan Anies Kurang Pas
Yenny Wahid. (suara.com/Pebrianyah Ariefana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Wahid Foundation Zanuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menilai penggunaan istilah pribumi dalam pidato Gubernur Jakarta Anies Baswedan usai dilantik pada Senin (16/10/2017) kurang tepat karena multitafsir dan sensitif.

"Perkataan Anies kurang pas. Penggunaan kata pribumi bisa ditafsirkan macam-macam. Multitafsir dapat dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat sebagai sebuah bentuk dukungan terhadap pengkotak-kotakan masyarakat," usai menjadi pembicara di acara Conference on Religion Journalism secara keseluruhan di Universitas Multimedia Nusantara, Kamis (19/10/2017).

Penggunaan kata pribumi, menurut Yenny, dapat menimbulkan sekat-sekat di masyarakat dan hal ini membahayakan kesatuan negara Indonesia.

Yenny mengatakan selain multitafsir dan berpotensi menyekat masyarakat, penggunaan kata tersebut bisa merugikan Anies sendiri. Setelah Anies menggunakan kata itu, sebagian warga mem-bully-nya.

"Kata multitafsir bisa menghantam diri kita sendiri, juga lebih baik jangan menggunakan kata-kata atau retorika yang membangkitkan sentimen yang terlalu ekstrim di tengah masyarakat," kata Yenny.

Yenny mengatakan mengangkat isu populis merupakan cara yang mudah untuk mendapat simpati masyarakat, tetapi cara tersebut tidak bertanggungjawab.

Yenny berharap politisi Indonesia bersaing berdasarkan kinerja, bukan lewat isu populis untuk mendapat dukungan masyarakat. Menuut Yenny isu populis tidak dapat menyelesaikan masalah.

"Saya berharap bahwa pemimpin kedepan bisa lebih menggunakan kata-kata yang menyejukkan sehingga mampu merangkul masyarakat, dan bisa menyatukan masyarakat lagi dan bukan malah menciptakan luka baru di tengah masyarakat," kata Yenny.

"Dalam ruang publik setiap orang dapat berpendapat, akan tetapi jika hanya diam saja maka akan kehilangan suaranya. Dikarenakan suara atau pendapat yang didengar adalah yang paling sering berkomentar dan mendapatkan empati masyarakat," Yenny menambahkan. (Julistania)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI