Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha menilai Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo paling berpotensi menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo di bursa pemilihan presiden periode 2019-2024. Untuk mencapainya, kata Hanta, tren elektabilitas Gatot harus meningkat.
"Gatot kalau dilihat memang posisi paling potensial untuk menjadi cawapres, asalkan elektabilitas dia naik, kalau tidak lewat juga," kata Hanta di gedung The City Tower, Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Selatan, Kamis (19/10/2017).
Sebaliknya, jika tren tingkat keterpilihan Gatot merosot mendekati tahun 2019, kandidat seperti Sri Mulyani, Jenderal Tito Karnavian, dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bisa menjadi alternatif.
"Tapi kan ini masih satu sampai dua tahun, jadi masih sangat mungkin dinamika yang terjadi. Agustus 2018 akan mulai terlihat," katanya.
Hanta mengatakan pasangan Jokowi nanti harus tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi. Tingkat elektabilitas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan.
"Memang Pak Jokowi butuh, kalau dari berbagai macam figur, mana yang bisa menyumbang basis elektabilitas," katanya.
"Yang bisa naik ke arena pilpres itu, pertama, elektabilitas terus tinggi, dulu pak Jokowi bukan ketua partai tapi jadi presiden. Kedua, dia punya tiket partai, Pak Gatot tidak punya tiket partai. Bisa saja Jokowi pilih JK (Jusuf Kalla) kembali, kalau dia melihat basis elektabilitas JK mendukung," Hanta menambahkan.
"Gatot kalau dilihat memang posisi paling potensial untuk menjadi cawapres, asalkan elektabilitas dia naik, kalau tidak lewat juga," kata Hanta di gedung The City Tower, Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Selatan, Kamis (19/10/2017).
Sebaliknya, jika tren tingkat keterpilihan Gatot merosot mendekati tahun 2019, kandidat seperti Sri Mulyani, Jenderal Tito Karnavian, dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bisa menjadi alternatif.
"Tapi kan ini masih satu sampai dua tahun, jadi masih sangat mungkin dinamika yang terjadi. Agustus 2018 akan mulai terlihat," katanya.
Hanta mengatakan pasangan Jokowi nanti harus tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi. Tingkat elektabilitas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan.
"Memang Pak Jokowi butuh, kalau dari berbagai macam figur, mana yang bisa menyumbang basis elektabilitas," katanya.
"Yang bisa naik ke arena pilpres itu, pertama, elektabilitas terus tinggi, dulu pak Jokowi bukan ketua partai tapi jadi presiden. Kedua, dia punya tiket partai, Pak Gatot tidak punya tiket partai. Bisa saja Jokowi pilih JK (Jusuf Kalla) kembali, kalau dia melihat basis elektabilitas JK mendukung," Hanta menambahkan.