Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi melakukan diplomasi maraton dalam lima pekan terakhir. Retno melakukan diplomasi ke Myanmar dan Bangladesh untuk membahas perkembangan kasus kekerasan yang terjadi pada etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine.
"Selama pertemuan saya kepada Myanmar, Indonesia mengusulkan rumusan 4+1," kata Retno di dalam Conference on Religion Journalism yang digelar The International Association of Religion Journalists, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman, dan UMN di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang, Bamten, Selasa (17/10/2017).
Selain itu, Retno juga ke New York untuk menghadiri pertemuan Majelis Umum PBB selama 10 hari. Ada 115 pertemuan yang dia hadiri. Sebagian dari pertemuan membahas dialog antar umat beragama.
"Selain itu perkembangan yang terjadi di Rakhine. Dari NY saya pertemuan di Tunisia untuk membicarakan lanjutan Forum Demokrasi di Bali beberapa waktu lali. Saya dengan rekan saya di Afrika, kami bertukar pikiran soal demokrasi," kata dia.
Dalam pertemuan-pertemuan itu, Retno mempromosikan hubungan antara demokrasi dan Islam. Menurutnya demokrasi dan Islam bisa berjalan seirama.
"Demokrasi dengan Islam saling cocok dan bisa berjalan," kata Retno.
"Jadi bukan hal kebetulan dialog antar umat beragama dan kebebasan beragama menjadi sorotan dalam kunjungan saya akhir-akhir ini," kata dia.
Menurut dia saat ini dunia tengah dilanda kekhawatiran soal akan menguatnya kelompok ekstrimis yang mengarah pada aksi terorisme. Tindakan intoleransi akan mengancam.
"Terutama keterhubungan keliru antara Islam dan ekstrimisme kekerasan, bahkan terorisme," kata dia.
Selain itu, akan banyaknya penyalahgunaan ajaran agama untuk tujuan tidak manusiawi. Ancaman lain, media sosial bisa digunakan untuk menyebarkan hoax.
"Agar tak terjadi, media harus mempromosikan ke masyarakat tentang pola pikir berdamai," kata dia. [Pebriansyah Ariefana/Julistania Arnando]
"Selama pertemuan saya kepada Myanmar, Indonesia mengusulkan rumusan 4+1," kata Retno di dalam Conference on Religion Journalism yang digelar The International Association of Religion Journalists, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman, dan UMN di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang, Bamten, Selasa (17/10/2017).
Selain itu, Retno juga ke New York untuk menghadiri pertemuan Majelis Umum PBB selama 10 hari. Ada 115 pertemuan yang dia hadiri. Sebagian dari pertemuan membahas dialog antar umat beragama.
"Selain itu perkembangan yang terjadi di Rakhine. Dari NY saya pertemuan di Tunisia untuk membicarakan lanjutan Forum Demokrasi di Bali beberapa waktu lali. Saya dengan rekan saya di Afrika, kami bertukar pikiran soal demokrasi," kata dia.
Dalam pertemuan-pertemuan itu, Retno mempromosikan hubungan antara demokrasi dan Islam. Menurutnya demokrasi dan Islam bisa berjalan seirama.
"Demokrasi dengan Islam saling cocok dan bisa berjalan," kata Retno.
"Jadi bukan hal kebetulan dialog antar umat beragama dan kebebasan beragama menjadi sorotan dalam kunjungan saya akhir-akhir ini," kata dia.
Menurut dia saat ini dunia tengah dilanda kekhawatiran soal akan menguatnya kelompok ekstrimis yang mengarah pada aksi terorisme. Tindakan intoleransi akan mengancam.
"Terutama keterhubungan keliru antara Islam dan ekstrimisme kekerasan, bahkan terorisme," kata dia.
Selain itu, akan banyaknya penyalahgunaan ajaran agama untuk tujuan tidak manusiawi. Ancaman lain, media sosial bisa digunakan untuk menyebarkan hoax.
"Agar tak terjadi, media harus mempromosikan ke masyarakat tentang pola pikir berdamai," kata dia. [Pebriansyah Ariefana/Julistania Arnando]