Jurnalis Lintas Negara Asia Bicara Isu Agama Lewat Berita

Siswanto Suara.Com
Selasa, 17 Oktober 2017 | 13:33 WIB
Jurnalis Lintas Negara Asia Bicara Isu Agama Lewat Berita
“Conference on Religion Juournalism” yang digelar The International Association of Religion Journalists (IARJ), Serikat Jurnalis untuk Keberaagaman (SEJUK) dan Universitas Media Nusantara (UMN), Selasa (16/10/2017). [Suara.com/Pebriansyah Ariefana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - The International Association of Religion Journalist, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman menyelenggarakan Conference on Religion Journalism bertajuk Reporting Religion in Asia di Universitas Multimedia Nusantara pada 17 - 19 Oktober 2017.

Konferensi menghadirkan jurnalis yang berasal dari berbagai negara dan pernah memberitakan isu agama.

Konferensi sesi pertama para jurnalis membahas tentang bagaimana konflik terjadi di negara masing-masing dan bagaimana media menyikapinya serta memberitakannya.

Jurnalis asal Pakistan yang juga pendiri IARJ, Waqar Gillani, menceritakan bagaimana media di negaranya menyikapi isu agama.

Negara Pakistan merupakan negara dengan mayoritas agama Islam (90 persen), sedangkan 10 persen lainnya beragama Buddha dan Kristen.

Waqar mengatakan negaranya belajar banyak dari negara Indonesia yang begitu beragam.

"Media di Pakistan juga harus belajar terkait keberpihakan media, bukan hanya tentang bagaimana menyikapi keberagaman. Dikarenakan jika terdapat konflik agama di negara Pakistan, maka media akan berpihak kepada agama mayoritas. Yang seharusnya pemberitaan harus sesuai dengan kenyataannya, dan warga juga akan mengkritik berita yang tidak sesuai dengan pendapat keagamaan mereka, walaupun pada akhirnya akan dibicarakan secara baik-baik," katanya.

Bukan hanya terjadi pada negara dengan mayoritas agama Islam, di negara Filipina yang mayoritas penduduk beragama Kristen juga terjadi hal yang sama.

Freelancer Filipina, Isabel Templo, menceritakan di negaranya gereja merupakan salah satu institusi yang mempunyai suara yang sering didengar masyarakat, selain media. Jadi, jika gereja melakukan kesalahan, mereka dapat melakukan cover terhadap masalah tersebut.

Pemimpin Redaksi radio KBR Citra Dyah Prastuti menceritakan kasus yang terjadi di Indonesia. Dia mengambil contoh kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Citra mengatakan ada beberapa media yang memberitakan kasus penistaan agama melalui angle yang berbeda. Misalnya, ada stasiun televisi yang memihak Ahok dan menayangkan bagaimana demonstran yang mayoritas beragama Islam berlaku anarkis.

"Sedangkan yang tidak berpihak akan menampilkan bagaimana warga muslim menegakkan hukum agama mereka sendiri," kata dia.

Keberagaman

Asia mempunyai banyak keberagaman. Mulai dari agama, suku, dan kebudayaan.

Indonesia mempunyai enam agama besar dan mempunyai banyak sekali suku dan budaya. Semua agama dan suku hidup berdampingan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik antar agama.

Jurnalis sekarang mempunyai tantangan untuk memberitakan berita agama dengan benar, tidak ada diskriminasi dan tidak ada keberpihakan. Jurnalis harus mengerti agama dan budaya yang sedang diberitakan.

Media harus menyadari bahwa berita terkait agama harus dibuat secara serius. Media bukan menjadi salah satu masalah, atau yang membawa masalah, akan tetapi menjadi sebuah solusi dari pemberitaan tersebut.

Tujuan utama dari konferensi ini untuk memberitahukan bahwa pemberitaan agama di media itu penting karena mempunyai dampak yang besar, selain itu dengan adanya konferensi ini diharapkan dapat memberikan pelatihan khusus kepada jurnalis untuk dapat lebih baik dalam pemberitaan terkait agama.

"Jurnalisme agama ini paling tidak kalau pun belum bisa secara faktual mempersatukan, tapi meningkatkan saling pengertian," kata Rektor Universitas Multimedia Nusantara Ninok Leksono. (Julistania)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI