Jokowi dan Mega Pakai Kata "Pribumi," Tapi Ada yang Persoalkan

Selasa, 17 Oktober 2017 | 13:12 WIB
Jokowi dan Mega Pakai Kata "Pribumi," Tapi Ada yang Persoalkan
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid [suara.com/Eva Aulia Rahmawati]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Jakarta Anies Baswedan melontarkan kata "pribumi" dalam pidato perdana di Balai Kota Jakarta, tak lama setelah dilantik Presiden Joko Widodo, Senin (17/10/2017). Kata "pribumi" kemudian menjadi polemik lantaran dianggap bernuansa rasial, apalagi sudah dilarang penggunaannya.

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri juga pernah menggunakan kata "pribumi" dalam pidato.

"Pertama saya tidak yakin Pak Anies bilang Jakarta milik pribumi ya, tapi tapi apa pun pernyataan pribumi itu juga bukan beliau (Anies) yang satu-satunya bicara. Pak Jokowi juga bicara pribumi, Bu Mega juga pidato tentang pribumi dalam konten yang positif,” ujar Hidayat di DPR, Selasa (17/10/2017).

Hidayat menerangkan Presiden Jokowi menggunakan kata tersebut dalam konteks lapangan pekerjaan untuk warga Indonesia.

Sedangkan Megawati memakai kata "pribumi" ketika pidato ilmiah di acara penganugerahan gelar doktor honoris causa.

"Apakah Pak Jokowi dan Bu Mega akan memecah belah? Kalau beliau tidak, terus kenapa Pak Anies dikatakan akan memecah belah? Jadi pasti tidak memecah belah," kata Hidayat.

Hidayat mengatakan ketika itu, tidak ada yang mempermasalahkan mereka.

"Beliau berdua menyatakan pribumi dan tidak ada yang mempermasalahkannya.‎ Kenapa kalau Pak Anies yang mengatakan jadi masalah?" kata dia.

Hidayat mengingatkan semestinya permasalahan seperti ini didudukkan secara proporsional. Kemudian, dia meminta Anies untuk memberikan penjelasan agar tuntas.

"Tapi menurut saya, melihat daripada keseluruhan semangat yang dibangun tentu bukan semangat untuk melakukan dikotomi antara yang disebut pribumi maupun yang bukan pribumi," ujar Hidayat.

Hidayat menilai apa yang disampaikan Anies merupakan semangat untuk menjadi pemimpin semua masyarakat. Anies juga ingin menghadirkan rekonsiliasi.

“Tentu karenanya pernyataan itu tidak dalam konteks memecah belah ya,” kata dia.

Karena itu, dia mengingatkan semangat tersebut hendaknya bukan dijadikan sebuah masalah tapi untuk menyelesaikan persoalan.

“Karenanya pernyataan seperti itu hendaknya dipahamai dalam konteks penyelesaian masalah, dalam konteks rekonsiliasi, dalam konteks menghadirkan Jakarta untuk kita semuanya, Jakarta yang maju dan bahagia warganya,” ujarnya.

Penjelasan Anies

Anies mengatakan istilah "pribumi" yang dipakai konteksnya adalah era kolonialisme, bukan zaman sekarang.

"Istilah itu digunakan untuk konteks era penjajahan. Karena di situ saya juga menulisnya era penjajahan dulu," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat.

Anies kemudian menjelaskan maksud pemilihan istilah tersebut. Anies mengatakan Jakarta merupakan kota yang paling merasakan penjajahan. Sebab, di kota inilah pusat pemerintahan Belanda kala itu.

"Kalau kota lain itu tidak melihat Belanda secara dekat. Yang melihat Belanda jarak dekat siapa? Orang Jakarta. Coba kita di pelosok Indonesia, tahu ada Belanda. Tapi nggak lihat di depan mata. Yang lihat di depan mata itu kita di kota Jakarta ini," tutur Anies.

"Pokoknya itu digunakan untuk menjelaskan era kolonial Belanda. Dan itu memang kalimatnya disitu. Kan pelintiran satu dua website sudah dikoreksi," Anies menambahkan.

REKOMENDASI

TERKINI