Suara.com - Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengetik sendiri naskah pidato perdana yang dia sampaikan di Balai Kota, semalam. Pidato tersebut Anies bacakan di hadapan masyarakat yang menghadiri syukuran setelah dilantik menjadi pemimpin periode 2017-2022.
"Iya. Itu saya sendiri yang membuat," kata Anies saat mengunjungi dinas UMKM di Kelapa Gading, Jakarta Timur, Selasa (17/10/2017).
Pidato perdana Anies menuai polemik. Muncul berbagai perspektif dalam menilai pidatonya, terutama karena dia memakai istilah "pribumi" di salah satu kalimat.
Untuk menyelesaikan naskah pidato sebanyak lima lembar tersebut dia butuh waktu beberapa hari.
"Prosesnya (pembuatan naskah) itu panjang sih. Saya biasanya tulis dulu berhenti, nanti kalau ada waktu lagi saya tulis lagi," ujar Anies.
Anies mengatakan isi pidato tersebut sebenarnya kumpulan dari beberapa paragraf yang ditulisnya disaat ingat sesuatu..
"Saya biasa begitu. Kalau saya ingat sesuatu ya saya tulis," tutur Anies.
Penggunaan istilah "pribumi" dalam pidato Anies mendapat sorotan publik. Istilah ini dianggap rasis dalam konteks kekinian.
Anies kemudian memberikan penjelasan mengenai penggunaan istilah "pribumi." Menurut pasangan Sandiaga Uno, istilah tersebut dalam konteks konteks era penjajahan Belanda, bukan era sekarang.
"Istilah itu digunakan untuk konteks era penjajahan. Karena di situ saya juga menulisnya era penjajahan dulu," kata Anies.
Berikut penggalan pidato Anies yang menggunakan istilah pribumi.
"Jakarta adalah satu dari sedikit tempat di Indonesia yang merasakan hadirnya penjajah dalam kehidupan sehari-hari selama berabad-abad lamanya. Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan oleh kolonialisme. Kini telah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai terjadi di Jakarta ini apa yang dituliskan dalam pepatah Madura, “Itik se atellor, ajam se ngeremme.” Itik yang bertelur, ayam yang mengerami. Seseorang yang bekerja keras, hasilnya dinikmati orang lain."