AS Terbuka Bisa 'Bantu' Indonesia di Asian Games 2018, Kok Bisa?

Selasa, 17 Oktober 2017 | 04:47 WIB
AS Terbuka Bisa 'Bantu' Indonesia di Asian Games 2018, Kok Bisa?
Petenis Indonesia, Christopher Rungkat. [Antara/Maulana Surya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu legenda tenis Indonesia, Yustedjo Tarik, menilai turnamen grand slam AS Terbuka 2018 bisa menjadi peluang bagi tim Indonesia di Asian Games 2018 yang jadwalnya sama-sama bulan Agustus.

"Dengan adanya US Open di bulan yang sama dengan Asian Games, mudah-mudahan jadi kesempatan kita, karena ada kemungkinan pemain-pemain top negara pesaing tidak turun dan lebih fokus ke tur," kata Tedjo di Jakarta, Senin (16/10/2017).

Kendati demikian, Yustedjo yang semasa jayanya pernah menyumbangkan empat emas di dua edisi Asian Games (1978 dan 1982), itu menilai persaingan tenis dalam pesta olahraga multicabang negara-negara Asia tersebut tetap berat.

"Pasalnya pemain-pemain pelapis dari negara-negara kuat seperti dari India, Cina, Korea Selatan, Jepang, Uzbekistan dan Kazakhstan, kualitasnya juga baik," tutur mantan petenis yang turut membawa tim Piala Davis Indonesia bermain di grup dunia pada 1983 tersebut.

Harapan Indonesia, kata Tedjo, terpusat pada pemain sektor putra lewat Christopher Rungkat. Akan tetapi, itu pun untuk meraih emas akan sulit mengingat persaingan berat di Asian Games 2018.

Secara realistis, tenis Indonesia dalam Asian Games 2018, tambah Tedjo, bisa mendapatkan perak atau perunggu di nomor tunggal putra dan juga ganda campuran. Duet campuran Christopher Rungkat/Jessy Rompies diketahuinya merupakan kombinasi terkuat Indonesia saat ini.

"Tapi itu juga masih tergantung lawan seperti apa menurunkan pemainnya. Ada kesempatan lebih besar jika mereka tidak menurunkan kekuatan penuh, bahkan bukan tidak mungkin emas," tutur mantan pemain yang lahir di kawasan Sentiong, Jakarta Pusat tersebut.

Dalam Asian Games 2018 yang akan digelar pada 18 Agustus sampai 2 September 2018 mendatang, Indonesia menargetkan bisa masuk 10 besar Asia yang artinya harus memperoleh 20 medali emas atau lebih.

Berdasarkan sejarah keikutsertaan di Asian Games, kontingen Merah Putih belum pernah mendapat prestasi mencapai 20 emas. Raihan tertinggi Indonesia adalah 11 emas saat pertama kali jadi tuan rumah di 1962.

Bulutangkis menjadi cabang yang paling konsisten dan banyak menyumbang medali emas, dengan total 26 medali emas sejauh ini. Tenis menjadi cabor dengan emas terbanyak berikutnya (15), disusul atletik (4), tinju (3), perahu naga (3) dan sepeda (3).

Untuk mencapai ambisi 10 besar Asia dalam Asian Games 2018, ada 15 cabang yang kemungkinan berpotensi meraih medali emas. Masing-masing yaitu panahan (1 emas), bulutangkis (2), atletik (1), boling (1), bridge (2), kano/rowing (1), sepeda (2), jetski (2), karate (1), paragliding (1), pencak silat (2), sport climbing (1), taekwondo (1), angkat besi (1) dan wushu (1).

"Akan tetapi target jumlah medali dan cabang olahraga yang dibebankan target emas masih dinamis dan bisa berubah," ungkap Ketua Satlak Prima, Achmad Soetjipto, beberapa waktu lalu. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI