Untuk itu, kami hadir mengajak seluruh warga, menjadikan usaha memajukan kota sebagai sebuah gotong royong, sebuah gerakan bersama. Dalam pembangunan kota ke depan, Gubernur bukan sekadar administrator bagi penduduk kota, bukan pula sekadar penyedia jasa bagi warga sebagai konsumennya. Namun kami bertekad akan menjadi pemimpin bagi kolaborasi warga kota yang berdaya dan turut menjadi perancang dan pelaku pembangunan.
Dalam pepatah Banjar dikatakan, “Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu.” Satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna hubungan antar elemen masyarakat yang erat, saling setia dan mendukung satu sama lain. Inilah semangat yang hendak kita bangun.
Selain itu, kami mengajak pula seluruh elemen kepemimpinan di kota Jakarta ini, mulai dari jajaran pemerintah daerah, para wakil rakyat, pemimpin lembaga pertahanan, keamanan dan penegakan hukum, untuk memiliki tekad yang sama: menghibahkan hidupnya kepada rakyat Jakarta, bukan sebaliknya, menyedot kekayaan dari kota dan warganya, untuk dibawa pulang ke rumahnya.
Sebuah kearifan lokal dari Minahasa mengingatkan, “Si tou timou tumou tou.” Manusia hidup untuk menghidupi orang lain, menjadi pembawa berkah bagi sesama. Sebuah pengingat bagi semua manusia, namun terutamanya bagi para pemimpin.
Baca Juga: Pidato Perdana Anies: Penjajahan di Depan Mata di Jakarta!
Mohammad Husni Thamrin, seorang putra terbaik Jakarta pernah mengatakan: “Setiap pemerintah harus mendekati kemauan rakyat. Inilah sepatutnya dan harus menjadi dasar untuk memerintah. Pemerintah yang tidak mempedulikan atau menghargakan kemauan rakyat sudah tentu tidak bisa mengambil aturan yang sesuai dengan perasaan rakyat.” Ucapan Husni Thamrin ini terpatri dalam patungnya yang berdiri di Lapangan Monas di hadapan kita ini.
Saudara-saudara semua, perjuangan kita ke depan adalah perjuangan untuk mewujudkan gagasan, kata dan karya yang selama ini telah kita tekadkan. Dengan tak henti memohon pertolongan kepada Yang Maha Memberi Pertolongan, mari kita bersama berikhtiar mewujudkan Jakarta yang maju setiap jengkalnya, dan bahagia setiap insan di dalamnya.
Tanah Air Indonesia adalah karunia Allah. Ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bangsa ini diberikan keindahan dan kekayaan Alam yang tiada tandingnya. Ya, alam Indonesia adalah ciptaan Tuhan, tapi desa, kota dan negara di tanah ini adalah ciptaan manusia. Tuhan menciptakan alam, manusia membentuk kota. Bagaimana kota kita sepenuhnya kembali pada diri kita semua.
Semoga Allah SWT membantu ikhtiar kita, melindungi ibukota, menjadikannya wilayah yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, serta menurunkan keberkahan bagi setiap warganya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada usaha, kekuatan, dan daya upaya selain dengan kehendak Allah.
Wallahu muwafiq ila aqwamith thoriq, billahi taufiq wal hidayah.
Baca Juga: Pidato Anies: Saatnya Kita Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.