Bom Somalia Tewaskan 276 Orang, Presiden: Kami Perlu Darah

Senin, 16 Oktober 2017 | 23:01 WIB
Bom Somalia Tewaskan 276 Orang, Presiden: Kami Perlu Darah
Serangan bom di Somalia, Sabtu (14/10/2017). (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jumlah korban tewas akibat ledakan bom sangat besar dalam sebuah truk di Ibu Kota Somalia, Mogadishu melonjak sampai 276 orang. Bom itu meledak, Sabtu (14/10/2017) pekan lalu.

Selain korban tewas, sebanyak 300 orang lainnya terluka bakar dengan berbagai tingkatan keparahan. Bagaimana tidak, bom yang meledak di persimpangan jalan itu menghancurkan semua yang ada di dekatnya. Bom menghancurkan rumah, pertokoan, bahkan manusia. Banyak kendaraan terbakar.

Negara tetangga seperti Turki, Ethiopia dan Kenya menawarkan untuk memberikan bantuan medis.

Presiden Somalia, Mohamed Abdullahi Mohamed Farmaajo mengumumkan 3 hari berkabung nasional setelah serangan tersebut, Minggu (15/10/2017).

Baca Juga: Dua Bom Meledak di Jantung Kota Somalia, 85 Orang Tewas

"Kami akan memperhatikan 3 hari berkabung untuk korban yang tidak bersalah. Bendera akan dipasang setengah tiang," kata Mohamed dalam sebuah pernyataan yang diposting di akun Twitter resmi kepresidenan .

Presiden juga meminta warga untuk bahu membahu membantu korban yang terkena dampak serangan tersebut.

"Saya meminta warga negara untuk keluar, memberikan bantuan, menyumbangkan darah dan menghibur orang yang berduka. Mari kita selesaikan ini bersama," kata Mohamed.

Selain itu Wali Kota Mogadishu Thabit Abdi Mohammed meminta warganya menyumbangkan darah ke rumah sakit. Sebab hampir semua rumah sakit kehabisan stok darah.

"Saya meminta orang-orang Somalia untuk mengunjungi rumah sakit kota dan menyumbangkan darah. Tolong, datang untuk menyelamatkan saudara laki-laki Anda," Thabit Abdi Mohammed.

Baca Juga: Ledakan Susulan di Somalia, Satu Orang Tewas

Serangan tersebut terjadi 48 jam setelah menteri pertahanan dan panglima militer negara tersebut mengundurkan diri dari jabatan mereka tanpa penjelasan. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. (Al Jazeera)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI