Suara.com - Hasannudin atau akrab dipanggil Hasan bukan nama yang asing di sebagian besar masyarakat Yogyakarta.
Dia pimpinan geng Merkids (Mergangsan Kidul). Sepak terjang geng tersebut di dunia premanisme bikin takut. Hasan pernah membacok dan menusuk orang, kalau ditotal-toal mungkin puluhan orang.
Hasan itu residivis. Dia sudah masuk penjara lebih dari tiga kali. Kasusnya macam-macam. Mulai dari kasus pengerusakan, pengeroyokan serta penganiayaan yang menyebabkan korban luka bahkan meninggal.
Hasan masuk ke dunia preman sejak usia belasan tahun. Dulu, dia bergabung ke geng preman untuk mencari jati diri. Sebelum menjadi preman, dia sering diremehkan orang karena terlahir dari keluarga miskin dan korban perceraian.
“Saya di kampung dikenal gembeng (cengeng) jadi cuma buat suruh – suruhan orang kampung karena saya orang gak punya juga, terus saya sempat keluar kampung udah kayak orang jalanan tiap hari berantem. Terus saya masuk Sleman (masuk penjara di Sleman) kasus pembacokan, nah dari situ orang kampung saya terus kaget,” kata Hasan.
Asmara
Kehidupan asmara lelaki berusia 32 tahun ini penuh drama. Dia punya pacar. Tetapi orangtuanya tak mau punya calon mantu seperti Hasan.
Lantaran tak mendapat restu dari keluarga kekasih, Hasan nekat menculik demi menikahinya.
“Dulu kan saya nggak direstui ya terus saya culik, saya nikahi sampai sekarang sudah punya satu anak,” kata Hasan.
Titik balik
Sampai pada suatu hari. Dia makan di rumah makan. Dan pengalaman ini ternyata menjadi titik balik kehidupannya.
“Waktu itu pas makan banyak anak jalanan ngamen dilarang terus saya panggil, saya ajak makan bareng. Setelah itu, salah satu dari mereka ada yang sakit sampai meninggal di rumah sakit, tapi susah ngurusnya. Terus saya yang bantu, dari situ saya mulai benar dan berniat untuk berubah,” ujar Hasan.
Hasan menambahkan sebetulnya sebelum kejadian bersama anak jalanan tersebut, dia sudah mulai berubah, tepatnya saat gempa 2006 mengguncang Yogyakarta.
“Pas gempa itu sebenarnya saya masih di dalam (penjara) kasus pengerusakan dan penganiayaan, pas keluar kaget karena mertua dan ponakan yang bayi jadi korban, istri anak juga kejatuhan rumah, untung selamat dari situ pelan – pelan mulai berubah,” ujar Hasan.
Setelah sadar dan kembai ke kehidupan normal, Hasan lebih banyak membaktikan diri untuk masyarakat.
Stigma preman yang melekat padanya pelan-pelan hilang.
Dia dan teman-temannya aktif ikut kegiatan sosial, seperti membantu pembangunan masjid, membantu menyediakan air bersih bagi warga Gunung Kidul, aksi donor darah, membedah rumah masyarakat yang sudah hampir ambruk. Hasan menghibahkan mobil pribadi untuk mengantar orang sakit ke rumah sakit.
Hasan juga sering dimintai tolong masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah warga dengan debt collector dan rentenir.
Kepanjangan Geng Merkids kini berubah menjadi Menyongsong Esok Raih Kebersamaan Impikan Damai.
Hasan menolak Merkids dianggap sebagai geng. Dia mengatakan Merkids merupakan keluarga besar.
Jumlah anggota Merkids terus bertambah. Dari ratusan, kini menjadi lebih dari seribu limaratus orang.
Anggota Merkids yang dulu terkenal sebagai preman dan sering berkelahi, ini alim-alim.
Latar belakang anggota Merkids sekarang meluas ke akademini, bahkan politisi.
Selain aktif dalam kegiatan sosial, kelompok ini juga membantu anggota untuk mendapatkan pekerjaan yang halal.
“Ya kayak mereka yang habis keluar (penjara) dan mereka yang gak punya kerja ya Saya bantu juga buat dapat kerja, kayak jadi tukang parkir, sekuriti, sopir, banyak lagi pokoknya, jadi biar tetap bermanfaat,’ ujar Hasan.
Darimana dana operasional
Dana untuk kegiatan sosial Merkids, kata Hasan, selain dari hasil rental mobil, juga dari sumbangan banyak pihak.
Yang pasti, kata dia, dana tersebut bukan dari membekingi pihak tertentu. Semuanya halal. Bahkan, sebagian anggota Merkids ikut menyisihkan uang untuk mendukung kegiatan sosial.
Hasan yang dulu dikenal sebagai pembuat onar, kini menjadi sosok yang inspiratif.
Sembari menghela nafas panjang, ketika ditemui Suara.com, Hasan mengungkapkan:
“Saya cuman pingin bermanfaat buat orang lain, Saya pingin banget punya rumah singgah untuk anak jalanan, dan pingin punya ambulan yang bisa membawa orang sakit ke rumah sakit dengan cepat,’ kata Hasan. [Wita Ayodhyaputri]