Sampai pada suatu hari. Dia makan di rumah makan. Dan pengalaman ini ternyata menjadi titik balik kehidupannya.
“Waktu itu pas makan banyak anak jalanan ngamen dilarang terus saya panggil, saya ajak makan bareng. Setelah itu, salah satu dari mereka ada yang sakit sampai meninggal di rumah sakit, tapi susah ngurusnya. Terus saya yang bantu, dari situ saya mulai benar dan berniat untuk berubah,” ujar Hasan.
Hasan menambahkan sebetulnya sebelum kejadian bersama anak jalanan tersebut, dia sudah mulai berubah, tepatnya saat gempa 2006 mengguncang Yogyakarta.
“Pas gempa itu sebenarnya saya masih di dalam (penjara) kasus pengerusakan dan penganiayaan, pas keluar kaget karena mertua dan ponakan yang bayi jadi korban, istri anak juga kejatuhan rumah, untung selamat dari situ pelan – pelan mulai berubah,” ujar Hasan.
Setelah sadar dan kembai ke kehidupan normal, Hasan lebih banyak membaktikan diri untuk masyarakat.
Stigma preman yang melekat padanya pelan-pelan hilang.
Dia dan teman-temannya aktif ikut kegiatan sosial, seperti membantu pembangunan masjid, membantu menyediakan air bersih bagi warga Gunung Kidul, aksi donor darah, membedah rumah masyarakat yang sudah hampir ambruk. Hasan menghibahkan mobil pribadi untuk mengantar orang sakit ke rumah sakit.
Hasan juga sering dimintai tolong masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah warga dengan debt collector dan rentenir.
Kepanjangan Geng Merkids kini berubah menjadi Menyongsong Esok Raih Kebersamaan Impikan Damai.
Hasan menolak Merkids dianggap sebagai geng. Dia mengatakan Merkids merupakan keluarga besar.