Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Sabtu (14/10/2017) malam. Pertemuan antara Said dengan Megawati berlangsung kurang lebih satu jam.
Said menuturkan pertemuan dengan Megawati membahas beberapa hal diantaranya terkait rencana PDI Perjuangan yang akan membangun Masjid di depan kantor PDI Perjuangan, Lenteng Agung.
"Pertama sudah agak lama saya nggak berjumpa dengan ibu (Megawati). Saya sama ibu notabene sudah dekat sekali, waktu umroh dan haji bareng saya. Kedua kita tukar pikiran, PDIP akan membangun masjid besar di depan kantor di Lenteng Agung," ujar Said usai menemui Megawati.
Saat membahas soal rencana pembangunan masjid, dirinya diminta pendapat soal desain masjid yang akan dibangun di depan kantor PDI Perjuangan, Lenteng Agung. Ia pun mengusulkan nama Masjid tersebut diberi nama nama Taufiqul Khair.
Baca Juga: Putra Wali Kota Surabaya Risma Sambangi Rumah Megawati
"Saya dimintain pendapat bagaimana gambar ini, saya setuju sekali, kenapa model bangunannya ala Sumatera bu, karena pahalanya untuk almarhum pak Taufik. Saya usulkan kalau begitu namanya Masjid Taufiqul Khair, Taufik yang baik, atau kebaikan pak Taufik, ini luar biasa megahnya, insyallah sembilan bulan selesai," kata dia.
Said juga mengatakan bahwa pembangunan masjid yang akan dibangun PDI Perjuangan untuk menepis anggapan PDI Perjuangan yang kurang memiliki kepedulian dengan umat Islam.
"(Pembangunan masjid) Ini menepis bahwa PDI Perjuangan kurang perhatian dengan umat Islam, tidak peduli dengan umat Islam itu tidak benar. di Diponegoro juga dibangun masjid di lantai bawah. Ini juga di kantor pusat Lenteng Agung," ucap Said.
Lebih lanjut, Said menuturkan NU, ulama, nasionalis dan PDI Perjuangan selalu bergandengan tangan untuk merapatkan barisan dalam mempertahankan NKRI.
"Ketiga, pemetaan situasi nasional kita tahu NU dan PDI Perjuangan atau ulama dan nasionalis selalu bergandengan tangan, selalu merapatkan barisan, ulama dan nasional selalu bersamaan pandangan mengenai keberadaan NKRI ini. Maka apabila kalau terjadi tidak serasian berarti melawan sejarah," tutur Said.
Baca Juga: Suami Arumi Bachsin Ungkap Pertemuannya dengan Megawati
Ia juga menyebut sejak dahulu pendiri NU bersahabat baik dengan para pemimpin nasional hingga saat ini.
"Karena sejarahnya bung Karno sangat bersahabat dengan Kyai Wahab Hasbulloh pendiri NU, kemudian Kyai Wahid Hasyim bapaknya Gus Dur juga sangat dekat pemimpin nasionalis. Gus Dur lebih-lebih sangat dekat dengan ibu Mega," kata dia.
Maka dari itu, Said berharap silaturahim antara ulama dan kaum nasional tetap dijaga.
"Jadi kita harus selalu silaturahim berkala, agar antara kelompok Islam, santri ahlusunnah waljamaah selalu bergandengan tangan kaum nasionalis. Jangan sampai ada yang berusaha menjadikan berhadapan antara kaum ulama dan nasionalis kalau kita tidak sama kita menyimpang dari sejarah yang sudah sangat panjang," tandasnya.