Suara.com - Ketua Bidang DPP Partai Nasional Demokrat Irma Suryani Chaniago mengatakan terlalu dini menanggapi soal pantas atau tidak pantas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo di pemilu tahun 2019.
"Pilpres masih jauh. Terlalu pagi bicara soal pendamping Presiden," kata Irma dihubungi Suara.com, Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Isu tersebut menggelinding setelah lembaga kajian Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei periode 17-24 September 2017. Menurut survei Indikator Politik Indonesia, Ahok mengungguli 15 tokoh, di antaranya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, untuk menjadi pendamping Jokowi.
Anggota Komisi IX DPR mengatakan Partai Nasdem -- pendukung Jokowi dan Ahok -- tengah fokus meningkatkan elektabilitas partai dengan lebih mendekatkan diri dengan konstituen.
"Kami belum menimbang-nimbang siapa yang akan mendampingi Presiden Jokowi, tanggung jawab kami sebagai partai pendukung saat ini tentu terus bekerja keras meningkatkan kepercayaan publik terhadap Presiden semaksimal mungkin meski saat ini sudah bagus, tetapi karena pilpres masih lama jadi tetap harus bekerja keras agar target maksimal," kata dia.
Ada 16 nama yang muncul menjadi opsi calon pendamping Jokowi. Dari 16 nama itu, nama Ahok berada di posisi paling atas. Nama Ahok mengungguli sejumlah nama.
Secara berurutan, Ahok, kemudian Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Kemudian, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Bos Trans Corps Chairul Tandjung, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy.