Suara.com - Survei evaluasi tiga tahun kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla oleh lembaga Indikator Politik Indonesia menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat berada pada angka 68 persen.
Namun, demikian hal tersebut tak bisa dijadikan sebagai patokan untuk menjamin elektabilitas tinggi pada pemilihan presiden tahun 2019.
"Faktor utama (memilih) tak semata ditentukan kinerja, ini sudah terjadi di (Pilkada) Jakarta," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di kantornya, Jalan Cikini V, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/10/ 2017).
Burhanuddin mengatakan ada kasus dimana kehendak untuk memilih tidak berdasar pada kepuasan. Misalnya, faktor identitas, ideologi yang tidak cocok dengan pemilik suara. Burhanuddin menyebutnya, pemilih ada yang memilih dengan kepala tapi ada juga yang memilih dengan hati.
Salah satu contoh sederhana adalah orang Padang. Burhanuddin mengatakan meskipun banyak orang yang mengakui kinerja Jokowi, tetapi orang Padang tetap tidak puas dan maaih ragu untuk memilih Jokowi sebagai presiden tahun 2019 nanti.
"Di Minang itu bukan semata urusan kinerja, tapi konsep kepemimpinan yang tidak match misalnya, atau ideologi. Banyak variabel di situ, ini faktornya beragam," kata Burhanuddin.