Prasasti 3.200 Tahun Terurai! Isinya soal 'Invasi Orang Laut'

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 11 Oktober 2017 | 14:11 WIB
Prasasti 3.200 Tahun Terurai! Isinya soal 'Invasi Orang Laut'
Salinan prasasti berbahasa Luwian kuno milik James Mellaart. [Luwian Studies Foundation]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah periset berhasil menguak arti simbol-simbol kuno pada lempengan batu berusia 3.200 tahun, yang disebut sebagai "salah satu teka-teki terbesar arkeologi Mediterania".

Lempengan kapur sepanjang 29 meter tersebut ditemukan pada tahun 1878 di tempat yang kekinian disebut sebagai Turki modern.

Prasasti tersebut, seperti diberitakan Independent, Selasa (10/10/2017), memuat simbol hieroglif tertua yakni berasal dari zaman Perunggu. Simbol itu dikalangan ilmuwan dikenal sebagai bahasa Luwian kuno.

Baca Juga: Suami Pukuli Istri sampai Koma

Setelah berasil diterjemahkan, prasasti tersebut ternyata menjelaskan kehancuran zaman Perunggu di Mediterania yang saat itu sangat berkuasa dan merupakan peradaban maju.

Naskah tersebut menceritakan bagaimana sebuah armada kerajaan yang bersatu dari Asia Kecil di daerah utara menyerbu kota-kota pesisir di Mediterania timur.

Ini menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari semacam persatuan bajak laut, yang menurut para sejarawan berperan dalam runtuhnya peradaban Perunggu.

Periset memercayai, prasasti tersebut dibuat oleh komisi  yang dibentuk Raja Kupanta-Kurunta pada 1190 Sebelum Masehi dan dikenal sebagai Mira.

Teks tersebut menunjukkan, kerajaan dan negara-negara Anatolia lainnya menginvasi Mesir kuno dan wilayah lain di Mediterania timur sebelum dan selama musim gugur Zaman Perunggu.

Baca Juga: Kenalkan Pacar ke Keluarga, Cita Citata-Ardavan Siap Nikah

Sebelum arti teks itu terpecahkan, arkeolog secara umum telama lama mengaitkan keruntuhan peradaban Mediterania dengan adanya indikasi serangan dari wilayah laut.

Namun, identitas dan asal penjajah yang oleh ilmuwan modern disebut "Orang Laut Trojan", telah membingungkan arkeolog selama berabad-abad.

Temuan baru ini merupakan hasil kerja tim arkeolog dan periset interdisipliner dari Swiss dan Belanda. Ketua tim ini adalah Dr Fred Woudhuizen, dan 20 orang yang memunyai kemampuan membaca bahasa Luwian kuno.

Lempeng batu kapur setinggi 35 sentimeter itu sendiri ditemukan tahun 1878 di desa Beyköy, 34 kilometer utara Afyonkarahisar di Turki modern.

Arkeolog Perancis George Perrot, menyalin prasasti tersebut sebelum batu itu digunakan oleh penduduk desa sebagai bahan bangunan untuk pondasi sebuah masjid.

Salinan prasasti itu kembali ditemukan oleh arkeolog Inggris, James Mellaart. Setelah kematiannya pada tahun 2012, James menyerahkan salinan prasasti itu kepada anaknya.

Oleh anak James, salinan itu lantas diberikan kepada Dr Eberhard Zangger, presiden yayasan Studi Luwian, untuk dipelajari.

Hasil akhir pemecahan arti simbol-simbol kuno tersebut, akan dipublikasikan oleh tim peneliti pada bulan Desember 2017.

Terjemahan prasasti penting itu akan dipublikasikan melalui jurnal “Proceedings of the Dutch Archaeological and Historical Society “ dan juga dalam buku Zangger.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI