Namun, identitas dan asal penjajah yang oleh ilmuwan modern disebut "Orang Laut Trojan", telah membingungkan arkeolog selama berabad-abad.
Temuan baru ini merupakan hasil kerja tim arkeolog dan periset interdisipliner dari Swiss dan Belanda. Ketua tim ini adalah Dr Fred Woudhuizen, dan 20 orang yang memunyai kemampuan membaca bahasa Luwian kuno.
Lempeng batu kapur setinggi 35 sentimeter itu sendiri ditemukan tahun 1878 di desa Beyköy, 34 kilometer utara Afyonkarahisar di Turki modern.
Arkeolog Perancis George Perrot, menyalin prasasti tersebut sebelum batu itu digunakan oleh penduduk desa sebagai bahan bangunan untuk pondasi sebuah masjid.
Baca Juga: Suami Pukuli Istri sampai Koma
Salinan prasasti itu kembali ditemukan oleh arkeolog Inggris, James Mellaart. Setelah kematiannya pada tahun 2012, James menyerahkan salinan prasasti itu kepada anaknya.
Oleh anak James, salinan itu lantas diberikan kepada Dr Eberhard Zangger, presiden yayasan Studi Luwian, untuk dipelajari.
Hasil akhir pemecahan arti simbol-simbol kuno tersebut, akan dipublikasikan oleh tim peneliti pada bulan Desember 2017.
Terjemahan prasasti penting itu akan dipublikasikan melalui jurnal “Proceedings of the Dutch Archaeological and Historical Society “ dan juga dalam buku Zangger.
Baca Juga: Kenalkan Pacar ke Keluarga, Cita Citata-Ardavan Siap Nikah