Apa yang Tersisa?
Kini, lubang bekas peluru yang menembus tubuh Che saat dieksekusi mati dijadikan prasasti oleh pemerintah Bolivia mengenai perjuangan Che dan kelompok pembebasannya Guevara’s Ejército de Liberación Nacional (ELN).
Setidaknya, dalam hal yang sangat kecil, kematian Che telah membawa manfaat bagi warga La Higuera Bolivia. Sebab, daerah tersebut kekinian terkenal di dunia internasional sebagai destinasi wisata sejarah Che Guevara.
Puluhan hotel didirikan oleh warga setempat untuk menampung turis yang ingin menelusuri sejarah Che. Beragam festival digelar terutama menjelang hari wafatnya Che.
Baca Juga: Aiman Sebut Donald Fariz Tak Sebut Nama Aris Budiman
Tempat eksekusi Che Guevara kini dijadikan museum penghormatan oleh pemerintah Bolivia.
"Kalau Che tak datang ke sini, tak ada satu pun dari kami yang bakal memunyai pekerjaan. Aku melihat Che saat ditangkap dan ditembak tentara. Darah keluar dari kepalanya. Entah kenapa, aku sedih saat itu," tutur Alcides Osinaga (73), warga La Higuera.
Perang gerilya "Focoisme" yang menjadi andalan Che dalam membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan asing dan penindasan pemerintahnya sendiri kini banyak ditinggalkan oleh warga Amerika Latin.
Tentara Revolusioner Kolombia (FARC) yang menjadi kelompok gerilyawan tertua di Amerika Latin, mengakhiri 53 tahun perangnya melawan pemerintah pada awal tahun 2017.
Mereka kekinian bertransformasi menjadi partai politik yang diberi kursi perwakilan di parlemen dan dibolehkan ikut pemilu mendatang.
Baca Juga: Kasus Novel Baswedan Delay, Fahri: Ada Banyak yang Seperti Itu
Gerilyawan Zapatista dengan pemimpin ikoniknya, Subcomandante Marcos, tak lagi meletuskan senapannya sejak Agustus. Sementara gerilyawan Maois di Peru meredup, setelah pemimpin mereka dipenjara.
Sedangkan di Brasil, Uruguay dan banyak negara di Amerika Tengah, banyak mantan pemimpin gerilyawan kiri berubah menjadi politikus dan terpilih sebagai presiden.
Evo Morales, pemimpin Partai Sosialis sekaligus Presiden Bolivia juga merupakan mantan gerilyawan.
"Tapi, meski taktik yang kami pakai berbeda, Che tetap menjadi inspirator bagi rakyat dan pemimpin yang anti-penjajahan imperialis AS dan kaki tangannya di dalam negeri. Che adalah ikon bagi pembebasan nasional dan kebenaran Sosialisme," tegas Morales saat berpidato memerpingati 50 tahun kematian Che, Senin (9/10).
Gonzalo Guzman, pemandu wisatawan di La Higuera asyik berjalan di antara pohon apel, jeruk, alpukat, di jurang yang dulu menjadi medan perang puputan Che, saat diwawancarai jurnalis The Guardian.
Kepada jurnalis, ia membantah perjuangan Che kekinian tak lagi berarti apa pun.
"Kaum imperialis Barat tak bisa menjatuhkan Che. Dia rela meninggalkan tanah airnya untuk berjuang demi rakyat Kuba, Angola, Bolivia melawan penjajahan. Bagi kami, dia tetap seorang pahlawan," tandasnya.