Tak Semudah Klaim Dwi Hartanto, Begini Karier Ilmuwan di Jepang

Selasa, 10 Oktober 2017 | 12:15 WIB
Tak Semudah Klaim Dwi Hartanto, Begini Karier Ilmuwan di Jepang
Profesor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo. (dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebohongan Dwi Hartanto, mahasiswa doktoral di Technisse Universiteit Delft Belanda sudah terbongkar. Dia mengaku mempunyai prestasi segudang dan mengklaim sebagai ilmuan hebat.

Hartanto akhirnya mau mengakui kebohongan mengenai sejumlah klaimnya ke hadapan publik, setelah sejumlah ilmuwan melakukan investigasi mandiri tentang klaim-klaim pemuda itu.

Nama Dwi benar-benar mencuat dan menjadi buah bibir di kalangan ilmuwan maupun warga Indonesia pada akhir tahun 2016. Kala itu, ia menjadi peserta acara Visiting World Class Professor yang digelar Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional.

Dwi dalam sejumlah kesempatan wawancara kepada media maupun acara televisi di Indonesia mengakui masih berusia 28 tahun. Ternyata ia sudah berusia 35 tahun. Ia lahir pada 13 Maret 1982.

Baca Juga: Dwi Hartanto 'The Next Habibie' Manipulasi Cek Demi Berbohong

Pemuda itu sempat mengumbar jati diri sebagai post-doctoral Asistent Professor aerospace di Technische Universiteit (TU) Delft. Predikat itu ia dapatkan karena dirinya fokus meneliti teknologi satelit dan pengembangan roket.

Sebenarnya bagaimana jenjang karier atau kelilmuan seorang dosen ataupun peneliti?

Profesor asal Universitas Chiba Jepang, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo memberikan gambaran perjalanan seorang ilmuan di Jepang. Ternyata tidak mudah dan cepat mendapatkan gelar akademik. Kiprah Josh pernah diangkat oleh suara.com di rublik wawancara khusus awal tahun 2017 ini.

Kali ini, Josh menuliskan gambaran karier ilmuan di Jepang lewat akun Facebook pribadinya.

Berikut ulasannya:

Baca Juga: Inilah Deretan Kebohongan Dwi Hartanto sang Ilmuwan "Abal-abal"

Jenjang Karier Peneliti

Reference bagi masyarakat dan wartawan, semoga tidak terjadi salah interpretasi jenjang karir dosen / peneliti di Jepang (dunia) dan rata-rata umur pengangkatannya biasanya seperti di bawah ini. Umur ini berdasarkan pengalaman saya pribadi menjadi reviewer pengangkatan dosen tetap di Jepang. Bila ada seseorang diangkat pada posisi tetap ini lebih awal atau muda dibanding umur rata-rata ini, maka si person adalah hebat!

- (Kyouju) Professor / Full Professor > 50 tahun

-  (Junkyouju) Associate Professor > 40 tahun

-  (Koushi) Senior Lecturer / Lecturer > 30 tahun

- (Jokyou) Assistant Professor > 28 tahun

- (Joshu) Teaching Associate / Research Associate  > 28 tahun

Secara tidak tertulis, biasanya untuk menjadi Teaching Associate dan Assistant Professor memerlukan peer-reviewed paper berjumlah 5-10 papers, Senior Lecturer berjumlah 15-20 papers, Associate Professor berjumlah >25 papers, dan Professor sesuai dengan umur, bila berumur 30 tahunan, maka perlu > 30 papers, umur 40 dan 50 tahun maka masing-masing perlu >40 dan >50 papers. Syarat lain adalah perlunya menunjukkan perolehan budget atau dana penelitian selama ini, networking domestik dan international, jumlah presentasi di simposium, patent, jumlah mahasiswa yang pernah dibimbing, rekomendasi dll.

Posisi bagi mahasiswa biasanya ada Teaching Assistant (TA) dan Research Assistant (RA). Posisi TA dan RA ini adalah posisi temporer atau tidak tetap. Tugasnya adalah membantu sang Professor untuk mempersiapkan penelitian dan proses pembelajaran (kuliah dll). Biasanya digaji setiap semester. Posisi ini di Indonesia disebut sebagai asisten dosen.

Posisi Tenure Track Researcher merupakan posisi sebagai peneliti di institusi riset, dimana posisi ini merupakan posisi tidak tetap (temporer). Tenure Track Researcher merupakan posisi untuk persiapan menjadi posisi tetap nantinya. Biasanya diadakan review (jumlah publikasi di journal, pendapatan research grant, presentasi di simposium dll) setiap tahun terhadap bersangkutan. Setelah tiga tahun atau lima tahun akan ditentukan yang bersangkutan bisa diangkat menjadi posisi tetap atau tidak. Tenure track researcher ini seperti CPNS di Indonesia. Beberapa institusi juga punya latar belakang tersendiri. Khusus di Jepang, karena kondisi keuangan negara yang defisit, maka tidak bisa membuka peluang posisi tetap peneliti, tetapi negara ingin tetap mempertahankan kekuatan researchnya, maka menambah jumlah peneliti tidak tetap dengan mengalokasikan posisi tenure track researcher ini. 

Istilah Undergraduate untuk menunjukkan mahasiswa strata 1 (S1), dan Postgraduate untuk mahasiswa Pascasarjana S2/S3. Saat mahasiswa lulus S3 akan mendapat ijazah S3 sebagai akhir pendidikan formal tertinggi. Ijasah S3 ini dapat dipakai untuk jenjang berikutnya adalah Postdoctoral Fellow / Researcher. Terkadang kita dapati seseorang yang masih kuliah di S3 dan menggunakan kartu nama dengan mencantumkan title Dr.nya. Hal ini tidak dibenarkan. Bila ingin menggunakan masih bisa diterima oleh masyarakat dengan mencantumkan “Dr Candidate” dan “Ph.D Candidate”, atau tidak sama sekali. Mencantumkan title Dr mempunyai banyak konsekwensi, termasuk etika meneliti, berilmu pengetahuan, dan bermasyarakat. Kita bisa mencantumkan title Dr di depan atau belakang nama kita setelah kita dinyatakan lulus dari berbagai tahapan ujian atau defence program doctor, dan disahkan oleh institusi pendidikan, dan perlu dicatat bahwa title ini tidak bisa kita beli. Sekali Anda membeli title ini, berarti Anda telah menjual harga diri Anda.

Posisi Postdoctoral Fellow / Reseacher merupakan posisi tidak tetap atau temporer untuk memberikan kesempatan kepada para peneliti muda untuk meningkatkan karier penelitiannya dan memperdalam keahliannya. Biasanya rentang waktu mempekerjakan peneliti sebagai Postdoctoral fellow adalah 1 hingga 3 tahun di suatu institusi, walau ada yang diperpanjang menjadi 5 tahun. Bahkan ada peneliti yang berpindah2an dari institusi satu ke institusi lain sebagai Postdoctoral Fellow karena batasan waktu mempekerjakan seorang peneliti di suatu institusi.

Visiting Associate Professor atau Visiting Professor merupakan posisi tidak tetap di suatu institusi yang menggunakan keahliannya. Posisi ini biasanya merupakan posisi kontrak tahunan yang dapat diperpanjang, maksimum 3-6 menurut masing-masing institusi. Bila di Jepang biasanya maksimum berumur 70 tahun dapat mempekerjaan seseorang untuk posisi ini. Bila betul-betul dibutuhkan, walau berumur 70 tahun lebih, tetapi  mempunyai keahlian tersendiri dan orang lain yang lebih muda tidak ada, maka dapat dipekerjakan kembali.

Semoga tidak ada lagi kesalahan penggunaan istilah Postgraduate dengan Postdoctoral, dan asisten dosen atau Research Assistant / Teaching Assistant dengan Assistant Professor.

Peneliti dan dosen adalah pekerjaan atas kepercayaan yang perlu dibangun jauh hari dengan kesabaran. Bila kepercayaan hilang, maka tidak akan pernah kita dapatkan lagi di atas dunia ini, dan lebih baik mencari pekerjaan lain.

Peneliti : Kerja keras, jujur, dan mengabdi

REKOMENDASI

TERKINI