Hal yang sama juga mengenai risetnya tentang jet tempur dan tawaran Belanda agar dirinya pindah kewarganegaraan, semua itu bohong.
Pada 2 Oktober, Profesor Urban Studies and Planning Savannah State Universtiy, Deden Rukmana, ternyata sudah lebih dulu membongkar kebohongan Dwi mengenai hal tersebut.
Melalui akun Facebook pribadinya, Deden mengungkapkan menaruh curiga terhadap pernyataan-pernyataan Dwi saat diundang acara talkshow stasiun televisi nasional tersebut.
“Saya akhirnya mengontak seorang pengurus i-4 yang dekat dengan keluarga mantan Presiden BJ Habibie, yang telah lama saya kenal. Saya menanyakan tentang pertemuan antara Habibie dengan Dwi Hartanto. Dari perbincangan saya ini dikabari, pertemuan tersebut bukanlah atas permintaan Habibie,” tulisnya.
Baca Juga: Warga Marah Lihat Rekonstruksi Pembunuhan Pasutri Bos Garmen
Selain itu, pertemuan informal tersebut juga tidak hanya diikuti Dwi, melainkan banyak orang.
“Tidak pula ada pembicaraan khusus mengenai aerospace engineering antara BJ Habibie dengan Dwi Hartanto seperti banyak diberitakan oleh media,” tulisnya lagi.
Penghargaan Dicabut
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Kerajaan Belanda, dan berkedudukan di Den Haag, mencabut penghargaan yang pernah diberikan kepada Dwi Hartanto.
Pencabutan penghargaan tersebut dilakukan setelah Dwi mengakui banyak melakukan kebohongan mengenai jati diri, keahlian akademis, status pendidikan, dan masih banyak lagi kepada publik.
Baca Juga: Mau Lengser, Djarot: Sila Warga Nilai Kerja Saya dan Ahok
KBRI memberi penghargaan kepada Dwi Hartanto pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 RI, pada 17 Agustus 2017 di Den Haag.