Suara.com - Sedikitnya 8 perempuan dan 8 anak-anak Hindu penduduk Negara Bagian Rakhine mengungkapkan aksi brutal kelompok milisi bersenjata Rohingya, Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), saat melakukan insureksi pada 25 Agustus 2017.
Mereka mengakui dipaksa ARSA berpindah agama kalau tak mau dibunuh. Karenanya, keenam belas orang itu sempat melarikan diri ke Bangladesh. Setelah Rohingya melarikan diri dari Rakhine, mereka akhirnya berani pulang pada Kamis (5/10/2017).
ARSA merupakan kelompok bersenjata Rohingya yang ingin mendirikan sistem kekhilafahan di Rakhine. Mereka dituding berafiliasi dengan gerombolan teroris Negara Islam dan Irak (ISIS).
Kelompok itu juga yang menyerang 30 pos keamanan Myanmar dan menewaskan ratusan polisi pada 25 Agustus lalu di Rakhine. Insureksi mereka dibalas dengan penerapan operasi militer di Rakhine dan menyebabkan ratusan ribu Rohingya terpaksa mengungsi ke Bangladesh.
Baca Juga: Jokowi Pakai Sarung dan Jas Kunjungi Ponpes di Jawa Timur
"Sekitar 500 orang ARSA dipimpin oleh orang berpakaian asing bernama Noru Lauk menyerang desa kami, Kha Maung Seik, pada hari yang sama mereka menyerang pos-pos polisi," tutur seorang perempuan Hindu tersebut, seperti dilansir Radio Free Asia.
Mereka lantas memasuki setiap rumah penduduk untuk menjarah perhiasan, termasuk telepon seluler (ponsel).
ARSA juga mengancam membunuh seluruh warga Hindu di desa itu karena dianggap penyembah berhala alias thogut.
"Mereka mengumumkan kepada kami bahwa desa ini bukanlah milik kami, tapi wilayah mereka. Laki-laki bersenjata itu bilang kami sama saja seperti militer dan pemerintah Myanmar. Mereka bilang akan membunuh kami karena kami menyembah patung," ungkap para perempuan tersebut.
Saat menjarah desa, anggota ARSA membagi seluruh penduduk desa itu menjadi dua kelompok berdasarkan jenis kelamin. Semua penduduk, termasuk anak-anak diikat tangannya dan dibawa ke Desa Bawtala.
Baca Juga: Muslimah yang Sedang Hamil Diseret Keluar Pesawat AS
"Di Desa Bawtala, banyak warga desa kami dan lainnya yang dipotong lehernya. Mayat-mayat mereka dilemparkan ke sebuah lubang," tukas perempuan lainnya.
Ia mengatakan, serbuan Arsa dan kekerasan yang juga dilakukan militer Myanmar memaksa 30.000 warga Hindu dan non-Muslim lainnya di utara Rakhine terpaksa melarikan diri ke daerah selatan, yakni Mrauk U, Sittwe, Kyauktaw, dan Mynbya.
Sementara pada waktu bersamaan, 500 ribu Muslim warga sipil Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Warga Hindu mengklaim sedkitnya 100 rekan mereka di Kha Maung Seik tewas dibunuh dan ditumpuk di kuburan massal oleh ARSA pada 25 Agustus itu.
Sedangkan militer Myanmar memublikasikan data bahwa terdapat 52 orang Hindu tewas dan 192 lainnya masih dinyatakan hilang di Rakhine, karena aksi kekerasan ARSA.