Gunung tertinggi di Bali yang senantiasa dijadikan tempat kegiatan ritual "Mulang Pekelem" terkait dengan kegiatan ritual di Pura Besakih maupun pura-pura besar lainnya itu, diperkirakan sedang mengakumulasikan energi yang mengakibatkan tingkat gempa tektonik lokal tidak terasa beberapa hari terakhir.
Menurut perkiraan Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi PVMBG Gede Suantika, kondisi gunung itu mungkin masih menunggu akumulasi energi lebih dalam lagi yang dari bawah atau penambahan energi.
Selama lima hari belakangan ini gempa tektonik lokal di sekitar kawasan gunung api hingga di Pos Pengamatan yang berjarak sekitar 12,5 kilometer arah selatan gunung api sudah tidak terasa karena magnitudo berkisar 2,0 hingga 3,0 Skala Richter.
Gempa tektonik lokal yang cukup besar terasa, tercatat terjadi saat masa kritis dengan magnitudo 4,3 Skala Richter pada 27 September 2017 sekitar pukul 13.12 Wita.
Baca Juga: Satu Pengungsi Gunung Agung di Tabanan Meninggal Dunia
Gempa tersebut terjadi pada kedalaman delapan kilometer yang terasa di Denpasar, Karangasem, dan Gianyar. Meski demikian, gempa vulkanik dalam dan dangkal hingga saat ini masih tercatat dalam, dengan intensitas yang tinggi, yakni rata-rata di atas 500 kali dan 350 kali.
Terkait dengan aktivitas seismik Gunung Agung, PVMBG mencatat pukul 06.00 hingga 12.00 Wita, jumlah gempa vulkanik dangkal mencapai 69 kali, vulkanik dalam 147 kali, dan tektonik lokal 22 kali.
PVMBG juga mencatat tektonik jauh sebanyak satu kali dengan durasi 86 detik. Tektonik jauh tidak berdampak terhadap aktivitas Gunung Agung karena terjadi di lokasi yang berada sangat jauh atau terjadi di benua berbeda.
Secara visual, Gunung Agung masih tertutup kabut dan asap kawah yang bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas kawah puncaknya. (Antara)