Suara.com - Lelaki bersenjata yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal, Stephen Paddock, dengan cermat merencanakan aksinya. Menurut polisi Las Vegas, pelaku menghabiskan puluhan tahun untuk memperoleh senjata secara rahasia.
Polisi juga mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa 317 dari 489 orang yang luka-luka dalam penembakan di Las Vegas telah dipulangkan dari rumah sakit.
Sementara itu, Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) pada Rabu (4/10) waktu setempat memeriksa perempuan pasangan Stephen Paddock, yang menewaskan 58 penonton konser musik di Las Vegas.
FBI berharap menemukan petunjuk soal motivasi Paddok mengeluarkan tembakan secara membabi buta pada sebuah pertunjukan musik 'country'.
Baca Juga: Pelaku Penembakan Las Vegas Ada Dua Orang?
Sementara itu, pasangan Paddock, Marilou Danly, kembali ke Amerika Serikat menjadi target untuk dikorek keterangannya. Keluarga Marilou di Filipina mengatakan kepada para wartawan bahwa pasangan Paddock itu merasa dirinya tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa menjelang serangan terjadi.
Para penyelidik telah memusatkan perhatian pada Marilou (62), yang pernah tinggal bersama Paddock dan meninggalkan Amerika Serikat menuju Filipina pada September lalu. Di Bandar Udara Internasional Los Angeles, FBI mendatangi pesawat yang membawa Marilou dari Manila dan kemudian membawa perempuan itu untuk menjalani pemeriksaan, kata dua pejabat AS yang mengetahui kasus itu.
Walaupun Marilou saat ini tidak ditahan atau dianggap sebagai tersangka, seorang pakar mengingatkan kasus menyangkut istri pelaku penembakan di klab malam Pulse di Orlando tahun lalu, yang menewaskan 49 orang.
Omar Mateen, si penyerang Klab Pulse, tewas saat adu tembak dengan para polisi. Istri Mateen, Noor Salman, membantu proses penyelidikan namun kemudian dikenai tuduhan membantu dan bersekongkol dengan mendiang suaminya dalam mendukung kelompok ISIS. Noor Salman menyatakan dirinya tidak bersalah. [Antara]
Baca Juga: Tragedi Las Vegas, 23 Senjata dan Ribuan Selongsong Ditemukan