Suara.com - Pimpinan Perguruan Tinggi Se-Indonesia menggelar aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi melawan radikalisme serentak di seluruh Indonesia. Gelaran ini untuk memperingati Hari Sumpah pada 28 Oktober 2017.
Acara tersebut merupakan hasil perundingan pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi Se-Indonesia pada 25-26 September 2017 di Bali. Acara ini diikuti 3.000 pimpinan perguruan tinggi.
Anggota Steering Comitte Pertemuan Pimpiman Perguruan Tinggi se-Indonesia Muhammad Shirozi mengatakan pertemuan itu untuk mempertegas sikap perguruan tinggi se Indonesia bersama civitas akademika di masing-masing kampus. Selain itu untuk melawan radikalisme dan intoleransi serta menjadi benteng bagi Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kita ingin nempertegas sikap perguruan tinggi. Melalui momentum peringatan Sumpah Pemuda ini menjadikan semangat ini untuk bahu membahu untuk memperkuat persatuan bangsa dalam menangkal segala bentuk radikalisme," ujar Shiroji dalam jumpa pers di Hotel Alia Cikini, Menteng, Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Baca Juga: Tangkal Radikalisme dari Keluarga
Rektor UIN Raden Fatah Palembang itu menjelaskan acara tersebut diisi dalam bentuk kuliah akbar dan orasi kebangsaan dari tokoh-tokoh nasional serta pembacaan deklarasi perguruan tinggi melawan radikalisme.
Adapun acara tersebut akan dilakukan serentak di 350 kabupaten/kota pada 34 provinsi, dengan melibatkan 4,5 juta peserta dari pimpinan perguruan tinggi dan civitas akademika baik mahasiswa, dosen dan staf perguruan tinggi.
"Acara ini diharapkan dilakukan di salah satu kampus di perguruan tinggi. Acara ini akan diperkuat dengan acara tambahan dengan seni budaya yang mencerminkan semangat kesatuan dan persatuan. Kita harap acara bisa diadakan di luar ruangan," kata dia.
Ia menegaskan acara tersebut menjadi momentum untuk untuk merevitalisasi kembali nilai-nilai dan semangat Sumpah Pemuda agar dapat kembali diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa, bernegara serta modal bersama mewujudkan Indonesia yang aman, adil, makmur dan sejahtera khususnya kepada mahasiswa. Serta tidak memiliki kaitan dengan keagaman
"Hakikatnya ini juga peringatan sumpah pemuda, tidak ada hubungannya dengan larangan beragama. Radikalisme sebenarnya sederhana saja kecenderungan dengan cara kekerasan untuk mencapai tujuan," ucap Shiroji.
Baca Juga: 80 Peneliti dari 13 Negara Bahas Bahaya Radikalisme Agama
Pihaknya berharap acara tersebut dihadiri menteri, Pimpinan Polri dan Pimpiman TNI dan tokoh nasional lainnya.
"Kita yakin sikap seseorang apakah ingin bertidak radikal atau tidak tergantung wawasan. Melalui kegiatan ini kita ingin menggunakan sumber daya yang ada melalui kegiatan pelatihan-pelatihan untuk memberikan pemahaman yang positif," tandasnya.
Adapun kegiatan di Jakarta akan dipusatkan di Lapangan Monas atau Lapangan Banteng. Sementara untuk di daerah lainnya dilakukan dengan pilihan tempat yang disesuaikan dengan kondisi objek dan subjektif masing-masing wilayah.