Selingkuhi 3 Perempuan Indonesia, Eks Dubes Norwegia Ternyata....

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 02 Oktober 2017 | 13:58 WIB
Selingkuhi 3 Perempuan Indonesia, Eks Dubes Norwegia Ternyata....
eks Dubes Norwegia untuk Indonesia Stig Ingemar Traavik dan Istri (Pinterest)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Stig Ingemark Traavik, sedang menjadi buah bibir di warganet maupun masyarakat Tanah Air.

Itu setelah kisah cinta terlarangnya dengan seorang perempuan aktivis LSM dan dua pebisnis di Indonesia terkuak ke publik.

Kisah perselingkuhan Traavik dengan tiga perempuan Indonesia itu kali pertama terungkap oleh media berbahasa Norwegia, VG, pada Juli 2017.

"Aku sudah berbuat kesalahan dalam kehidupan pribadiku. Tapi, laporan VG ini tak akurat memberitakan apa yang sebenarnya terjadi. Berita itu dibuat hanya berdasarkan keterangan dari orang-orang yang ingin balas dendam,” tutur Traavik kepada VG.

Baca Juga: Papan Reklame Hampir Roboh

Traavik akhirnya menerima kenyataan harus dicopot dan dipulangkan secara tak hormat oleh pemerintahnya sendiri pada akhir 2016.

Namun, sebelum skandal itu terjadi, laki-laki yang memunyai istri perempuan Afghanistan itu pernah mengharumkan nama bangsanya sebagai atlet judo.

Ia sempat menjadi anggota kontingen judo Norwegi pada Olimpiade Barcelona 1992. Ketika itu, Traavik yang masih berusia 24 tahun berlaga di kelas half-lightweigh.

Saat itu, Traavik gagal mempersembahkan medali untuk negerinya. Selain berlaga di Olimpiade Barcelona, Traavik juga tercatat memunyai 6 medali juara nasional Judo yang diraihnya pada periode 1987-1996.

Setelah pensiun dari atlet, ia menjadi penasihat senior timnas judo Olimpiade Afghanistan sembari meretas karier sebagai diplomat di negeri tersebut.

Baca Juga: Indonesia dan Australia Kembali Bahas Kerjasama Perdagangan

Terindikasi Korupsi

Kisah cinta terlarang Traavik itu juga turut menggemparkan warga maupun pemerintah Norwegia.

Sebabnya, cerita asmara tabu Traavik dengan dua perempuan pebisnis dan satu perempuan aktivis di Indonesia itu diduga telah merugikan keuangan pemerintah Norwegia hingga Rp23 miliar.

Hikayat asmara berujung petaka ini berawal pada April 2012, ketika laki-laki berusia 46 tahun bernama lengkap Stig Ingemark Traavik ditunjuk pemerintahnya menjadi Dubes di Indonesia.

Traavik, seperti dilansir Newsinenglish, 20 Juni 2017, menjadi dubes setelah pemerintah Norwegia yang dikuasai Partai Buruh tertarik mendanai pelestarian hutan hujan tropis di Indonesia.

Ia lantas diminta "mengawal" program tersebut. Beberapa bulan kemudian, Traavik dan istrinya pindah ke Jakarta.

Setahun menjalani tugas, Traavik ternyata kepincut perempuan Indonesia. Berdasarkan laporan laman berita Norwegia, VG, Traavik mulai berselingkuh dengan seorang perempuan aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) sejak tahun 2013.

Jalinan cinta itu terjalin ketika perempuan tersebut berhasil mendapatkan dana bantuan sekitar 1,5 Juta Krona (USD 179 ribu) atau setara Rp2,4 miliar dari kedutaan Traavik.

Uang itu diberikan Traavik melalui jalur resmi untuk mendanai sejumlah proyek kebudayaan perempuan selingkuhannya.

Dana pemerintah Norwegia yang dipakai Traavik untuk diberikan kepada perempuan simpanannya, semakin bertambah pada April 2013. Ketika itu, selingkuhannya menerima 550 ribu Krona atau setara Rp931 juta.

Seiring percintaan mereka yang semakin memabukkan, perempuan yang tak disebut namanya itu kembali mengajukan proposal pendanaan untuk LSM-nya.

Kali ini, proposal itu diajukan sang wanita untuk proyek promosi penulis Norwegia di Indonesia, yang terkenal karena interpretasi ketat terhadap Islam.

Masih menurut laporan VG, proposal perempuan itu diteruskan ke kementerian di Oslo oleh sekretaris pertama kedutaan Norwegia di Indonesia pada Januari 2014.

Dalam proposal itu, perempuan itu atas nama LSM-nya meminta 1,1 juta Krona untuk mendanai proyek tersebut.

Proposal itu ternyata tak disetujui oleh kementerian di Oslo karena melebihi plafon anggaran yang disetujui pemerintah. Apalagi, pemerintahan Norwegia saat itu sudah tak lagi dikuasai Partai Buruh, melainkan Partai Konservatif.

"Kementerian menolak proposal yang diteruskan oleh Kedubes Norwegia di Indonesia. Mereka mengatakan, dana proyek untuk memerangi kemiskinan di negara dunia ketiga tak bisa digunakan untuk proyek kebudayaan semacam itu," tulis VG.

Namun, berkat campur tangan Traavik, proposal itu akhirnya disetujui kementerian dengan memakai dana program bantuan pengentasan kemiskinan negara dunia ketiga.

Bahkan, dana yang disetujui oleh pemerintah Norwegia naik menjadi 1,38 juta Krone untuk program kebudayaan LSM perempuan itu selama dua tahun, yakni 2014-2015.

Tak hanya itu, Traavik juga membantu LSM perempuan selingkuhannya untuk mempromosikasn memeriahkan proyek kebudayaan tersebut.

Traavik disebut sempat menulis surat pribadi kepada  gubernur (Jakarta) agar bisa datang ke acara itu. Selain itu, Traavik juga diketahui merancang acara makan siang untuk mempromosikan proyek perempuan selingkuhannya tersebut pada pertengahan 2014.

Dalam acara itu, perempuan selingkuhannya hadir. Setelah makan siang, Traavik mengajukan klaim kuitansi biaya makan siang itu ke Kedubesnya.

Kisah percintaan terlarang nan mahal Traavik dengan perempuan aktivis LSM Indonesia itu tak berlangsung lama. Mereka putus hubungan tahun 2015.

Namun, Traavik tampak tergila-gila dengan perempuan Indonesia. Setelah putus dengan si aktivis, ia diketahui menjalin hubungan rahasia dengan dua perempuan pebisnis.

Kedua selingkuhannya itu sempat diundang Traavik datang ke acara kedutaan. Persisnya saat sejumlah menteri Norwegia datang berkunjung ke Indonesia.

Bahkan, salah satu selingkuhannya sempat diperkenalkan Traavik dan menjabat tangan Perdana Menteri Erna Solberg saat berada di Jakarta, April 2015.

Saat itu, Traavik memuji perusahaan tempat perempuan tersebut bekerja kepada sang PM. Dia mengakhiri hubungannya dengan gundik kedua di tahun 2015 juga, tapi kemudian memasuki tahun ketiga yang dimulai awal tahun lalu.

Perselingkuhan Traavik terbongkar setelah seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Norwegia di Jakarta, Hilde Holbakken menerima sebuah surat elektronik (pos-el; email) dengan nama 'suami pekerja budaya' yang diklaim sebagai seorang diplomat.

Pos-el berisi informasi perselingkuhan Traavik tu dikirimkan ke Kedutaan Besar Norwedia dan seorang staf di Jakarta pada Mei 2016. Mereka lantas mencurigai ada konflik kepentingan Traavik selaku dubes dan indikasi korupsi. Ia lantas dicopot dan ditarik pulang ke  Norwegia.

Media Verdens Gang (VG) melasir bantahan selingkuhan Traavik, yang hanya diidentifikasi mereka sebagai pekerja budaya itu.

Perempuan itu mengangakui tidak memanfaatkan hubungannya dengan Traavik untuk mendapatkan dana hibah dari Norwegia.

"Saya sudah melakukan sesuatu yang salah, dan saya telah memikul tanggung jawab untuk itu. Namun presentasi VG tentang kasus ini salah. Tidak ada dana publik yang disalahgunakan, dan tidak ada yang mendapat keuntungan yang tidak adil," sanggahnya.

Traavik juga mengklaim pemberitaan VG hanya didasarkan pada pernyataan orang-orang yang ingin balas dendam.

Sementara media ecodaily mencatat, Norwegia memiliki sejarah panjang memberikan dana hibah kepada LSM-LSM lingkungan, salah satunya di Indonesia.

Sedangkan Traavik dikenal sebagai sosok yang dekat dengan elite politik di Indonesia. Media itu juga menyebut banyak pihak yang memanfaatkan bantuan finansial perselingkuhannya.

Tapi, hingga kekinian, pejabat Norwegia belum menemukan bukti adanya kesalahan Traavik dalam isu perselingkungan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI