Suara.com - Perselingkuhan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik menjadi perhatian khusus di tengah isu korupsi dan hukum di Indonesia. Tak tanggung, kisah perselingkuhan Traavik ini yang tengah menghiasi pemberitaan sejumlah media Norwegia dilakukan dengan 3 perempuan. Pemerintah Norwegia, melalui Kementerian Luar Negeri segera mengambil langkah cepat, mencopotnya dan memulangkan ke Norwegia.
Dua perempuan adalah pebisnis, dan satu lagi pekerja budaya di sebuah LSM yang mendapat donor dari negara yang paling terdepan menyuarakan dampak perubahan iklim itu.
Sebenarnya sejak Juni 2017, perselingkuhan ini menjadi buah bibir di Norwegia. Bahkan sejak Desember 2016, isu ini sudah tercium. Saat ini Traavik diberikan jabatan sebagai penasihat khusus Kemenlu. Meski sudah dipecat, Traavik tetap mendapatkan gaji.
Direktur Komunikasi Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Norwegia, Frode O. Anderson menilai kasus perselingkuhan itu dinilai serius. Sebab ditakutkan mempengaruhi citra negaranya.
"Pembatalan status diplomatik sejalan dengan pandangan Kementerian mengenai keseriusan masalah ini," kutip pernyataan Anderson dalam sebuah surat kabar lokal.
Perselingkuhan Traavik terbongkar setelah seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Norwegia di Jakarta, Hilde Holbakken menerima sebuah email dari 'suami pekerja budaya' yang diklaim sebagai seorang diplomat. Email itu dikirimkan ke Kedutaan Besar Norwedia dan seorang staf di Jakarta pada Mei 2016. Dicurigai ada konflik kepentingan yang dilakukan Traavik yang mengarah pada korupsi.
Media Verdens Gang (VG) melasir bantahan selingkuhan Traavik yang disebut sebagai pekerja budaya itu. Perempuan yang tak disebutkan namanya itu mengangaku tidak memanfaatkan hubungannya itu untuk mendapatkan dana hibah dari Norwegia.
"Saya sudah melakukan sesuatu yang salah, dan saya telah memikul tanggung jawab untuk itu. Namun presentasi VG tentang kasus ini salah. Tidak ada dana publik yang disalahgunakan dan tidak ada yang mendapat keuntungan yang tidak adil," kata dia.
Traavik pun mengklaim jika pemberitaan VG didasarkan pada pernyataan orang-orang yang ingin balas dendam.
Media ecodaily mencatat Norwegia memiliki sejarah panjang memberikan dana hibah kepada LSM-LSM lingkungan, salah satunya di Indonesia. Sementara, Traavik dikenal sebagai sosok yang dekat dengan elit politik di Indonesia. Media itu juga menyebut banyak pihak yang memanfaatkan bantuan finansial perselingkuhannya.
Pejabat Norwegia belum menemukan bukti adanya kesalahan Traavik dalam isu perselingkungan ini. (ecodaily)