Suara.com - Walikota Barcelona mengatakan, setidaknya 460 orang telah terluka. Aksi ini merupakan hasil dari polisi yang menggunakan kekuatannya untuk mencoba mencegah pemungutan suara dalam referendum kemerdekaan Catalonia.
Pemerintah Spanyol telah berjanji menghentikan poling yang dinyatakan ilegal oleh pengadilan konstitusional negara tersebut. Petugas polisi mencegah orang untuk memilih dan mengambil surat suara dan kotak di tempat pemungutan suara.
Di ibukota regional Barcelona, polisi menggunakan pentungan dan menembakkan peluru karet saat demonstrasi pro-referendum. Korban cedera menjadi 460 orang, Walikota Barcelona Ada Colau mengecam tindakan polisi tersebut.
Sementara itu, kementerian dalam negeri Spanyol mengatakan, 11 petugas polisi terluka. Polisi nasional dan Guardia Civil, pasukan paramiliter yang bertugas dengan tugas polisi, dikirim ke Catalonia dalam jumlah besar untuk mencegah pemungutan suara berlangsung.
Baca Juga: Referendum Kemerdekaan Barcelona, Polisi Spanyol Tembaki Warga
Pemimpin katalan Carles Puigdemont mengatakan bahwa penggunaan kekerasan tersebut tidak dapat dibenarkan.
"Negara Spanyol tidak akan menghentikan kehendak orang-orang Catalan," katanya.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Spanyol Soraya Saenz de Santamaria mengatakan bahwa polisi telah bertindak dengan profesionalisme dan secara proporsional. Menteri Dalam Negeri Spanyol Juan Ignacio Zoido menyalahkan Puigdemont.
Seorang pemilih, Júlia Graell, mengatakan kepada bahwa polisi mulai menendang orang-orang, muda dan tua.
"Hari ini, saya telah melihat tindakan terburuk yang dapat dilakukan pemerintah untuk rakyat di negaranya sendiri," katanya.
Baca Juga: Polisi Spanyol Serbu Referendum Kemerdekaan Barcelona, 38 Luka
Di Girona, polisi anti huru hara menghancurkan jalan mereka ke sebuah tempat pemungutan suara dimana Puigdemont akan memilih dan secara paksa memindahkan mereka yang ingin memberikan suara mereka. [BBC]