Suara.com - Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) terlibat dalam pendirian posko pengungsian bagi ternak milik para korban bencana alam di Kabupaten Karangasem, Bali.
“Keselamatan ternak menjadi bagian tak terpisahkan dari keselamatan manusianya. Karena itu, Fapet UGM terpanggil untuk berperan melalui posko bersama,” ujar Dekan Fapet UGM Ali Agus dalam siaran pers yang diterima Suara.com, Minggu (1/10/2017).
Menurut Ali bencana alam adalah hal yang tidak pernah diharapkan. Namun jika masyarakat dihadapkan pada fenomena tersebut, maka perlu upaya agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi, Gunung Agung dalam beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan aktivitas dan sudah sampai status ‘awas’.
Ali mengatakan pemerintah menetapkan daerah dibawah radius kurang dari 12 kilometer sebagai kawasan rawan bencana 1 dan 2, untuk dikosongkan. Dan diperkirakan sekitar 70 ribu penduduk akan berpindah dalam barak pengungsian.
“Fakultas Peternakan UGM mendirikan Posko Penyelamatan Ternak bersama ISPI, FPPTI, AINI, Gapuspindo, dan Persepsi,” kata Ali.
Peternak Berisiko
Sementara itu, dari Kabupaten Karangasem Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fapet UGM Bambang Suwignyo mengatakan para pengungsi adalah peternak yang rela mengambil risiko masuk kawasan rawan bencana untuk tetap memantau dan memberi pakan ternak-ternaknya.
“Namun di sisi lain, ada saja oknum yang memanfaatkan kesempatan membeli ternak penduduk dengan harga murah, hingga separuh harga normal,” kata Bambang.
Oleh karena itu, selain posko pengungsian manusia juga diperlukan posko pengungsian ternak. Posko didirikan di desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Ketersediaan Pakan
Lebih jauh, Bambang menuturkan hari ini tim Fapet UGM yang terdiri dari Bambang Suwignyo sebagai koordinator, Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia Fapet UGM I Gede Suparta Budi Satria, dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Budi Guntoro bersama dua mahasiswa relawan menuju ke salah satu posko ternak di Tista, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Tim berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dari unsur Dinas Peternakan, IGK Nata Kusuma.
“Bahwa saat ini ada 40 titik lokasi ternak disiapkan. Sebanyak 3.000 ekor sapi sudah di evakuasi dari 20 riba ekor yang ada. Sedangkan jumlah pengungsi sudah mencapai 144 ribu orang dari perkiraan hanya 70 ribu,” ungkap Bambang.
Saat ini, katanya, sumber pakan hijauan yang lebih diutamakan karena masih sangat kurang. Konsentrat relative, sudah ada beberapa donor yang bersedia membantu.
“Walau so far, kita belum bisa memprediksi sampai berapa lama situasi darurat ini,” kata Bambang.
Pakan Fermentasi
Bambang menyatakan, bahwa Posko bersama selain bersiap dengan stok pakan konsentrat juga menawarkan program edukasi pengurangan risiko bencana.
“Kami usulkan program membuat pakan fermentasi dengan melibatkan para pengungsi. Pakan fermentasi dapat disimpan dalam waktu lama dengan tidak rusak, sehingga dapat untuk antisipasi stock andai erupsi berlangsung lama,” ujar Bambang.
Setidaknya, kata dia, membuat stock pakan fermentasi akan mengurangi frekuensi peternaik naik ke KRB zona merah (0 sd 6 kilometer) dan kuning (6 sd 12 kilometer). Pelibatan pengungsi selain ada edukasi, juga dapat menjadi wahana interaksi dan mengurangi stres di pengungsian, kata dia.