Kepala Bayi Rohingya Ini Terbakar Dilempar Granat Militer Myanmar

Reza Gunadha Suara.Com
Minggu, 01 Oktober 2017 | 15:39 WIB
Kepala Bayi Rohingya Ini Terbakar Dilempar Granat Militer Myanmar
Talisma Bezum (8) bayi Rohingya yang terluka bakar di batok kepala karena dilempar granat oleh militer Myanmar. [Mirror]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Persekusi militer Myanmar terhadap komunitas Rohingya masih terjadi. Bahkan, mereka tak segan-segan membunuh atau melukai bayi. Seperti yang terjadi pada Talisma Bezum, bayi berusia 8 bulan ini.

Talisma tampak menangis dan ketakutan dalam dekapan bundanya, Areta yang baru berusia 18 tahun. Putrinya itu masih meringis kesakitan lantaran kepala bagian atasnya terkelupas akibat granat tangan yang dilempar militer Myanmar saat desa mereka diserang.

"Aku takut putri kecilku tak lagi bisa bertahan dengan luka bakarnya ini. Aku mohon, berilah putriku pengobatan," tutur Areta di kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh, seperti dilansir Mirror, Sabtu (30/9/2017).

Ia menuturkan, luka bakar akibat granat di kepala bayinya itu terjadi pada 8 hari silam sebelum ia berhasil melarikan diri ke Bangladesh.

Baca Juga: Waspada! Beredar Nata De Coco Dicampur Pupuk Urea

Ketika itu, militer Myanmar tanpa pemberitahuan langsung memuntahkan peluru dari senapan di depan rumah Areta.

"Setelahnya, mereka menyiksa tetangga kami dan melemparkan granat di dekat rumahku. Pecahan granat itu melukai batok kepala putriku ini," tuturnya.

Tanpa berpikir panjang, Areta yang menggendong Talisma langsung melarikan diri.

"Putriku menangis sejadi-jadinya karena kesakitan. Aku dan para pengungsi lain mencoba mendiamkan tangisannya, karena takut didengar militer Myanmar," terangnya.

Beruntung, Areta dan bayinya diselamatkan oleh nelayan yang tengah membantu warga Rohingya menyeberangi Sungai Naf menuju daerah Bangladesh.

Baca Juga: Soal Insiden 280 Senjata Polri di Bandara Soeta, Ini Kata Wiranto

"Kami berada di perahu nelayan itu selama 8 hari di bawah panas matahari dan hujan. Bayiku selama itu juga terus meringis kesakitan. Aku sangat ketakutan bayiku tak mampu bertahan dan meninggal. Aku ibunya, tapi aku tak tahu apa yang harus dilakukan," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI