Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis (28/9/2017) mengatakan Turki dan Rusia mempertahankan keutuhan wilayah Irak dan Suriah.
"Orang mesti mencegah Pemerintah Regional Kurdistan Irak (KRG) membuat kekeliruan terburuk setelah referendum," kata Erdogan dalam taklimat bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Jumat pagi (29/9/2017). Ia merujuk kepada referendum kemerdekaan yang diselenggarakan baru-baru ini oleh KRG.
"Referendum tersebut tidak sah baik buat undang-undang dasar Irak maupun hukum internasional," kata Erdogan.
Baca Juga: Sepekan, Turki Bunuh 46 Terduga Teroris
"Kita perlu melindungi Pemerintah Sentral Irak guna membantu mereka memelihara kedaulatan negara," ia menambahkan.
Presiden Turki itu juga menuduh pemimpin Kurdi Irak Masoud Barzani bertindak untuk "kepentingan pribadi jangka-pendeknya".
Pada gilirannya, Putih merujuk kepada pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia yang menyampaikan penghormatan bagi aspirasi nasional Suku Kurdi tapi menekankan keutuhan wilayah Irak.
Kedua pemimpin tersebut mengadakan pertemuan selama tiga jam pada Kamis larut malam di Kompleks Presiden di Ankara, tempat mereka membahas berbagai topik yang berkaitan dengan hubungan bilateral dan perkembangan terakhir regional, terutama masalah Irak dan Suriah.
Hubungan Turki-Rusia telah berkembang makin dekat baru-baru ini saat hubungan Ankara dengan Amerika Serikat dan Eropa tegang akibat perbedaan mengenai hak asasi manusia di tengah kecaman Barat mengenai penindasan Erdogan atas pembangkang setelah kudeta yang gagal tahun lalu.
Baca Juga: Bantu Rohingya, Jokowi Ditelepon PM Turki dan PM Australia
Meskipun menjadi anggota NATO, Turki belum lama ini menandatangani kesepakatan dengan Rusia untuk membeli sistem pertahanan udara S-400, tindakan yang membuat kesal AS dan sekutu lain Turki di NATO. (Antara)