Hendry menambahkan, dia tidak khawatir dengan stigma kolot dari orang-orang yang menilai aturannya. Baginya, itu dilakukan semata-mata murni demi kesuksesan sang atlet.
Menurutnya, konsentrasi atlet akan terganggu jika membagi fokus dalam karier dengan berpacaran.
"Saya kerja tidak setengah-setengah, saya dibayar di PBSI sampai tujuan mereka semua tercapai," tutur Hendry.
"Menurut saya pasti mengganggu konsentrasi. Kalau buat atletnya sih ya enjoy. Itu soal trust ke saya."
Baca Juga: Pelatih 'Bongkar' Rahasia Kemenangan Anthony Juarai Korea Open
Foto: Atlet tunggal putra pelatnas PBSI, Ihsan Maulana Mustofa, 21 tahun. [Humas PBSI]
"Tujuannya jelas, bukannya atletnya sampai umur 30 tahun nggak boleh pacaran, ya kan nggak begitu juga. Tergantung, si atletnya itu sendiri. Kamu tujuan pacaran untuk apa? Senang-senang? Tentu ada pengorbanan yang harus dibayar, apa mau kejar setoran? Saya bukan orang tua kamu, masa iya saya sebegini jahat melarang kamu pacaran? Harusnya mereka mengerti maksud saya."
"Mungkin ada yang berpendapat, wah Koh Hendry kuno, kolot. Tidak apa-apa, ini kan tim saya. Selama anak itu menerima saya, nggak apa-apa, yang lainnya tidak jadi masalah buat saya," pungkas pelatih asal Singapura ini.
Baca Juga: Gerak Cepat, Swedia Tangkap Terduga Pelaku Vandalisme di Masjid