Dengan demikian, ternak piaraan masyarakat tidak perlu dijual murah dan tidak harus bertahan di daerah rawan bencana yang mempunyai risiko tinggi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang berada di Bali sejak awal September 2017, pada saat aktivitas Gunung Agung mulai meningkat, menilai rasa solidaritas sesama masyarakat Bali sangat tinggi yang ditunjukkan dengan banyak warga yang menawarkan rumah dan bangunannya sebagai tempat pengungsian.
Seorang warga Pejeng timur, Kabupaten Gianyar, misalnya, bisa menampung pengungsi 50 orang. Dia menyiapkan fasilitas air bersih, tempat tidur, dan makanan sehari-hari.
Demikian pula, I Nyoman Suardika di Kabupaten Klungkung menyediakan tempat penampungan ternak di Besang Kawan untuk para pengungsi secara gratis.
Baca Juga: Gunung Agung Awas, Bandara Ngurah Rai Antisipasi Kondisi Terburuk
Selain itu, dia juga menyediakan tempat pengungsian di dekat kediamannya untuk kapasitas 30 orang sehingga pengungsi yang membawa ternak sapi bisa mencari pakan ternak di sekitarnya. Dengan demikian, pengungsi tidak perlu menjual ternaknya secara murah.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri mengatakan bahwa pemkab setempat mengupayakan membeli ribuan hewan ternak milik para pengungsi untuk mencegah agar tidak dijual dengan harga murah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pengungsian panik dan khawatir terhdap ternak piaraannya.
Untuk itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan TNI dan Polri serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk melakukan evakuasi ternak sapi secara bertahap sejak Sabtu (23/9). (Antara)
Baca Juga: Ratusan Anak Pengungsi Gunung Agung Mulai Bersekolah