Gunung Agung Awas, Warga Enggan Mengungsi, Mengapa?

Chaerunnisa Suara.Com
Selasa, 26 September 2017 | 06:12 WIB
Gunung Agung Awas, Warga Enggan Mengungsi, Mengapa?
Gunung Agung. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Fierman yang juga Komandan Satuan Tugas Siaga Darurat Gunung Agung itu mengklaim evakuasi hampir 100 persen dilakukan di kawasan rawan bencana (KRB) III yang merupakan zona merah dan KRB II yang merupakan zona merah muda.

Namun, tidak jarang beberapa warga, terutama yang memiliki ternak, kembali ke desa untuk memberi makan ternak yang tidak ikut diungsikan. Dia berkali-kali telah mengimbau warga untuk turun dari lereng gunung karena berbahaya mencermati status awas Gunung Agung sejak Jumat (20/9).

Jual Ternak Sementara itu, Wayan Pasek (45), warga Banjar Temukus, Desa Besakih, Kabupaten Karangasem yang juga masuk dalam radius rawan bencana memilih menjual ternak sapinya secara murah seiring dengan meningkatnya aktivitas Gunung Agung.

Bahkan, ternak sapi piaraanya itu dijual pada hari Rabu (20/9), 2 hari sebelum Gunung Agung ditingkatkan statusnya menjadi Awas atau Level IV.

Baca Juga: Gunung Agung Awas, Bandara Ngurah Rai Antisipasi Kondisi Terburuk

Sapi piaraannya dijual di Pasar Beringkit, Kabupaten Badung, laku seharga Rp9 juta per ekor, padahal biasanya bisa mencapai Rp12 juta. Hal itu terjadi karena membeludaknya jumlah sapi kiriman ke Pasar Beringkit sehingga harganya murah.

Banjar Temukus, Desa Besakih, yang terdiri atas 200 kepala keluarga itu sebagian besar merupakan petani pemelihara sapi dan perkebunan bunga gumitir untuk memenuhi kebutuhan ritual yang digelar umat Hindu.

Wayan Pasek mengaku ikhlas tidak mempermasalahkan sapi peliharaannya dijual murah daripada nanti ketika terjadi bencana semuanya akan hilang. Hal itu juga dilakukan beberapa tetangganya.

Desa Besakih, termasuk pura terbesar umat Hindu di Bali itu berada dalam radius 6 km dari Gunung Agung yang kini sudah seluruhnya mengungsi ke 126 titik di delapan kabupaten dan satu kota di Bali.

Sementara itu, Oka Mantara, warga dari Desa Jehem, Kabupaten Bangli, sekitar 12 km barat Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem mengusulkan ternak piaraan masyarakat di daerah rawan bencana ikut dievakuasi.

Baca Juga: Ratusan Anak Pengungsi Gunung Agung Mulai Bersekolah

Pihaknya memiliki lahan yang cukup luas yangdapat dimanfaatkan secara cuma-cuma untuk menampung ternak milik para pengungsi daerah rawan bencana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI