Suara.com - Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Seno Gumira Ajidarma menilai film “Pengkhianatan G30S/PKI” menarik untuk dipelajari sebagai kasus, bukan untuk pencarian fakta sejarah.
Sebab, Seno yang juga dikenal sebagai cerpenis tersebut menilai film itu secara keseluruhan merupakan alat propaganda Orde Baru.
"Jadi, dia menarik untuk dipelajari sebagai kasus saja, bukan untuk dinikmati, apalagi untuk mencari fakta sejarah," ujar Seno, Senin (25/9/2017).
Ia menilai Arifin C Noer dapat menata pemain dengan bagus sehingga menarik, tetapi secara keseluruhan ia tetap menyebut film berdurasi 271 menit itu sebagai film propaganda yang diproduksi Orde Baru.
Baca Juga: Jangan Berharap Conte akan Bertahan Lama di Chelsea, Kenapa ?
"Itu filmnya menyebalkan," kata penulis dua jilid novel silat filsafat Nagabumi tersebut.
Terkait perintah Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk nonton film bareng “Pengkhianatan G30S/PKI” yang disebut untuk mencegah tumbuh kembali ideologi komunis, menurut Seno tergantung pada penilaian apakah memang dibutuhkan oleh orang banyak.
Sementara mengenai keinginan Presiden Joko Widodo untuk pembuatan ulang film agar sesuai dengan generasi muda, Seno menilai hal tersebut dapat dilakukan untuk membuat versi baru dengan pandangan lain.
"Boleh, bisa, artinya pendapat orang sekarang bagaimana, dalam ngomongin peristiwa 1965. Setiap orang boleh bikin versinya, pengkhianatan boleh, lainnya juga boleh," jelasnya.
Baca Juga: Studi: Perempuan yang Dilecehkan Rekan Kerja Berisiko Depresi