Suara.com - Arab Saudi, negara tempat kelahiran agama Islam, telah mengecam "kebijakan represif" Myanmar terhadap warga minoritas Muslim Rohingya.
"Negara saya benar-benar prihatin dan mengecam kebijakan penindasan serta penelantaran yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap warga minoritas Rohingya," kata Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir saat menyampaikan pidato pada Majelis Umum PBB, seperti dilansir Antara, Sabtu (23/9/2017).
Bangladesh dan organisasi-organisasi bantuan sedang bergelut untuk menolong 422.000 Muslim Rohingya, yang tiba sejak 25 Agustus ketika serangan oleh milisi Rohingya memicu tindakan keras oleh Myanmar, yang disebut PBB sebagai pembersihan etnis.
Sementara itu, sekitar 400 ribu pengungsi Rohingya membanjiri dua tempat di Bangladesh, yakni Ukhia dan Cox's Bazaar yang merupakan perbatasan dengan Myanmar.
Mereka tinggal di kamp resmi pengungsi dan di luar kamp dalam kondisi berdesakan. Pihak pemerintah Bangladesh tak akan memberikan fasilitas pengungsi jika para pengungsi Rohingya tak mendaftarkan diri.
Kekerasan terhadap minoritas Rohingya terjadi setelah kekerasan yang terjadi di Rakhine, di mana milisi menyerang pos-pos keamanan yang dibalas operasi militer Myanmar.
Warga Muslim Rohingya langsung menyelamatkan diri ke Bangladesh dalam beberapa pekan ini. Bahkan, dua pengungsi dilaporkan tewas terinjak gajah karena tidur di hutan.