Gunung Agung Bergolak, Bandara Ngurah Rai Bali Beroperasi Normal

Sabtu, 23 September 2017 | 10:44 WIB
Gunung Agung Bergolak, Bandara Ngurah Rai Bali Beroperasi Normal
Polisi unit K-9 bersama anggota Brimob Polda Bali berjaga di terminal penumpang saat mulai beroperasinya Posko Terpadu Mudik Lebaran di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Kamis (15/6).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengelola Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali menyatakan penerbangan di bandara setempat tidak terpengaruh dengan peningkatan status aktivitas vulkanik Gunung Agung yang telah menjadi level awas.

"Sampai saat ini penerbangan masih normal," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim di Denpasar, Sabtu (23/9/2017).

Pihaknya menjalin komunikasi intensif dengan instansi terkait untuk memantau kondisi terakhir setelah peningkatan status aktivitas vulkanik gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.

Pihaknya telah menyiapkan antisipasi apabila wilayah udara ternyata tidak aman, terutama menyangkut penanganan calon penumpang dan pesawat udara. Senada dengan Arie, General Manajer Air Navigasi Denpasar Eko Setiawan mengatakan operasional penerbangan dari dan ke Bali masih tetep berjalan lancar.

Baca Juga: Ada Kepanikan Warga saat Status Bahaya Gunung Agung Naik

"Sampai pagi ini pukul 08.05 Wita operasional penerbangan dari dan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai berjalan normal," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani menyatakan status Gunung Agung di Karangasem naik dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV) terhitung mulai Jumat (22/9/2017) pukul 20.30 Wita.

"Melihat perkembangan kondisi terakhir Gunung Agung, yang apinya sudah tinggi dan peningkatan kegempaannya juga sangat luar biasa, maka kita tingkatkan statusnya dari Siaga atau Level III menjadi Awas atau Level IV," katanya.

Dengan peningkatan status itu maka wilayah steril yang semula untuk radius enam kilometer dari puncak gunung itu diperluas menjadi radius sembilan kilometer, lalu ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya.

Ribuan masyarakat yang bermukim di sekitar kaki gunung tertinggi di Bali itu kemudian mengungsi yang sebelumnya dilakukan secara mandiri bertahap sejak level waspada sedikitnya di 50 titik pengungsian tersebar di Kabupaten Buleleng, Klungkung, dan Karangasem. (Antara)

Baca Juga: Catat! Wisata Bali Masih Aman Meski Gunung Agung Berbahaya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI