"Saya menyebutnya maraton diplomasi," kata Retno.
Dimulai pada 3-5 September, Menlu Retno terbang ke Myanmar untuk bertemu panglima militer, penasehat negara dan sejumlah menteri Myanmar, serta perwakilan PBB dan duta besar di Yangoon dan Naypyidaw. Dalam pertemuan dengan Aung San Suu Kyi, Retno menyampaikan Formula 4+1 untuk Rakhine State.
Empat elemen ini terdiri dari: (i) mengembalikan stabilitas dan keamanan; (ii) menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan; (iii) perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State, tanpa memandang suku dan agama; dan (iv) pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan kemanusiaan.
"Empat elemen pertama dari formula tersebut adalah tanggung jawab bagi pemerintah Myanmar," kata menlu.
Sedangkan, satu elemen lainnya adalah pentingnya agar rekomendasi Laporan Komisi Penasehat untuk Rakhine State yang dipimpin mantan Sekjen PBB Kofi Annan dapat segera diimplementasikan.
"Apa yang dunia internasional bisa lakukan adalah memberikan bantuan kemanusiaan dan juga implementasi dari laporan Annan tersebut," kata Menlu.
Setelah itu menlu melanjutkan perjalannya ke Dhaka, Bangladesh untuk bertemu menlu Bangladesh, UNHCR dan IOM untuk mendapatkan penjelasan tentang perkembangan situasi para pengungsi Rohingya di perbatasan Myanmar dan Bangladesh.
Hadir sebagai panelis lainnya adalah Pageran Zeid Ra'ad Al Hussein dari badan urusan HAM PBB, OHCHR, dan Direktur Eksekutif Minority Rights Group Mark Lattimer. (Antara)