Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute Antonius Benny Susetyo yakin isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia sengaja dihembuskan lagi untuk kepentingan mengikuti bursa pemilihan presiden tahun 2019.
"Itu, kan dipakai untuk kepentingan, untuk pemilihan presiden kedepan. Orang sudah tahu semua kok. Bisa dibaca," kata Benny kepada Suara. com, Kamis (21/9/2017).
Benny menekankan isu kebangkitan komunis dipakai untuk tujuan politik dan Benny yakin akan gagal.
"Tapi menggunakan isu PKI itu, itu kontraproduktif karena sudah publik paham. Jadi menurut saya ini tidak efektif lagi penggunaan isu ini," ujar Benny.
Benny mengatakan publik sudah pandai memilah dan memilih isu, terutama isu komunis. Benny yakin publik tidak akan merespon dengan cara yang berlebihan meskipun di tingkat elite begitu ramai membicarakan.
Menurut Benny isu PKI membesar karena peran media yang mengkapitalisasinya.
Daripada rakyat Indonesia disajikan isu yang tidak substantif seperti itu, kata Benny, lebih baik menyajikan isu yang lebih bermanfaat.
"Jadi menurut saya, pentingnya yang harus kita gagas adalah tatanan kita di tingkat global," tutur Benny.
Di zaman digital seperti sekarang ini, ketika komodifikasi tekhnologi telah berkembang di dunia ekonomi, maka yang seharusnya dilakukan adalah menangkap peluang daripada itu.
"Kalau kita hanya terus menerus memikirkan masa lalu, ya kita ketinggalan. Karena tantangan sekarang bagaimana kita lebih efisiensi, lebih produktif, lebih inovatif dan kreatif," kata Benny.
Ketika negara-negara lain sedang berkompetisi, masyarakat Indonesia masih berkutat pada sejarah masa lalunya. Hal ini yang tidak disadari oleh elit politik Indonesia yang hanya memikirkan kepentingan sendiri.
"Kamboja sudah selesai kok dengan program dirinya. Dia akan maju. Jadi jika elit politiknya tidak memberikan keteladanan dan elite politik tidak bisa membaca tanda-tanda zaman, ya sudah kita akan menjadi bangsa yang tinggal sejarah," kata Benny.
"Justru sekarang energi kita harus menjadi tantangan dunia global. Tantangan dunia global kita adalah, sekarang bisa nggak kita bisa lebih inovatif, kreatif, dan efisiensi. Itulah ciri dunia baru," Benny menambahkan.
"Itu, kan dipakai untuk kepentingan, untuk pemilihan presiden kedepan. Orang sudah tahu semua kok. Bisa dibaca," kata Benny kepada Suara. com, Kamis (21/9/2017).
Benny menekankan isu kebangkitan komunis dipakai untuk tujuan politik dan Benny yakin akan gagal.
"Tapi menggunakan isu PKI itu, itu kontraproduktif karena sudah publik paham. Jadi menurut saya ini tidak efektif lagi penggunaan isu ini," ujar Benny.
Benny mengatakan publik sudah pandai memilah dan memilih isu, terutama isu komunis. Benny yakin publik tidak akan merespon dengan cara yang berlebihan meskipun di tingkat elite begitu ramai membicarakan.
Menurut Benny isu PKI membesar karena peran media yang mengkapitalisasinya.
Daripada rakyat Indonesia disajikan isu yang tidak substantif seperti itu, kata Benny, lebih baik menyajikan isu yang lebih bermanfaat.
"Jadi menurut saya, pentingnya yang harus kita gagas adalah tatanan kita di tingkat global," tutur Benny.
Di zaman digital seperti sekarang ini, ketika komodifikasi tekhnologi telah berkembang di dunia ekonomi, maka yang seharusnya dilakukan adalah menangkap peluang daripada itu.
"Kalau kita hanya terus menerus memikirkan masa lalu, ya kita ketinggalan. Karena tantangan sekarang bagaimana kita lebih efisiensi, lebih produktif, lebih inovatif dan kreatif," kata Benny.
Ketika negara-negara lain sedang berkompetisi, masyarakat Indonesia masih berkutat pada sejarah masa lalunya. Hal ini yang tidak disadari oleh elit politik Indonesia yang hanya memikirkan kepentingan sendiri.
"Kamboja sudah selesai kok dengan program dirinya. Dia akan maju. Jadi jika elit politiknya tidak memberikan keteladanan dan elite politik tidak bisa membaca tanda-tanda zaman, ya sudah kita akan menjadi bangsa yang tinggal sejarah," kata Benny.
"Justru sekarang energi kita harus menjadi tantangan dunia global. Tantangan dunia global kita adalah, sekarang bisa nggak kita bisa lebih inovatif, kreatif, dan efisiensi. Itulah ciri dunia baru," Benny menambahkan.