Pengamat: Media Berperan Pengaruhi Hubungan Indonesia-Malaysia

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Rabu, 20 September 2017 | 02:03 WIB
Pengamat: Media Berperan Pengaruhi Hubungan Indonesia-Malaysia
Penandatanganan kerjasama OJK dengan BNM disaksikan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Senin (1/8/2016) di Jakarta. [Dok OJK]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Media massa punya peranan penting dalam menjaga agar hubungan Malaysia dan Indonesia tetap harmonis dan jauh dari konflik.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh jurnalis senior dan penguji kompetensi wartawan nasional, Aat Surya Safaat dalam sebuah diskusi dan bedah buku bertajuk "Resolusi Konflik melalui Media Komunikasi", di Jakarta, Selasa (19/9/2017).

"Oleh karena itu media massa di Indonesia dan Malaysia jangan membesar-besarkan isu yang kecil atau mengecilkan isu yang berpotensi besar agar hubungan kedua negara tidak mengalami keretakan," katanya.

Wartawan senior itu menilai, hubungan diplomatik antara Malaysia dan Indonesia cukup fluktuatif.

Baca Juga: Berada di Pengungsian, Warga Rohingya Mulai Diserang "Pneumonia"

"Walaupun Indonesia dan Malaysia adalah negara dengan rumpun kebangsaan dan bahasa yang tidak jauh berbeda, bahkan keduanya tergabung dalam banyak organisasi yang sama, seperti salah satunya Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), keduanya kerap terlibat konflik," tambahnya.

Ia lantas mencontohkan, Indonesia dan Malaysia sempat bersitegang saat mengklaim kepemilikan atas kain Batik, seni pertunjukan tradisional Reog, lagu Rasa Sayange, Pulau Sipadan-Ligitan, dan isu pencurian ikan.

"Masalah terakhir yang cukup ramai diberitakan adalah insiden pemasangan bendera Indonesia terbalik oleh panitia Sea Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia. Bahkan di satu kesempatan, tim Indonesia tidak diberi makanan pada acara santap malam pada rangkaian pesta olahraga tersebut," katanya.

Namun insiden itu, menurut Aat, perlu disikapi secara cermat. Pasalnya, pemberitaan yang tidak berimbang dapat berujung pada retaknya hubungan dua negara.

"Perdebatan kerap terjadi karena ada miskomunikasi antara publik Indonesia dan Malaysia. Salah satu sebabnya, pemberitaan di kedua negara seringkali bernada provokatif dan sensasional, padahal mungkin insiden itu terjadi karena faktor ketidaksengajaan," tambahnya.

Baca Juga: Hindari Investor Pemilu, PDIP Gunakan Cara Ini Danai Pilkada

Dengan begitu, ada sejumlah strategi yang dapat ditempuh untuk mengarahkan agar media massa di Indonesia dan Malaysia dapat menjadi agen pemersatu kedua bangsa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI