Suara.com - Indonesia berada pada sabuk vulkanis (ring of fire) dan sejatinya sudah akrab dengan geological hazard. Dengan kondisi alam tersebut, peran geolog sangat strategis dan menjadi kunci dalam pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Hal tersebut relevan, karena tak jarang infrastruktur yang dibangun menemui sejumlah kondisi geologi dan kebumian yang berat, seperti daerah rawan gempa, patahan, gunung api, tanah lunak dan gambut serta curah hujan yang tinggi.
"Kondisi itu bukanlah penghambat, namun tantangan yang harus diatasi oleh para ahli geologi atau praktisi kebumian kita," kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, dalam sambutanya di acara "Seminar Ilmu Kebumian ke-10", yang digelar program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Menteri Basuki, para ahli geologi bukan hanya dibutuhkan dalam eksplorasi dan eksoploitasi sumber daya alam seperti migas, melainkan juga mampu memberikan dukungan bagi pembangunan nasional dibidang infrastruktur. Peran para ahli geologi punya posisi strategis dalam pembangunan infrastruktur karena ikut menentukan keselamatan dalam pembangunan infrastruktur dan bisa memberikan panduan bukan hanya sebagai pendukung semata.
Ia mencontohkan penyelesaian pembangunan Bendungan Jatigede yang terhenti hingga puluhan tahun dan kemudian, atas instruksi Presiden Joko Widodo, dilanjutkan, karena manfaatnya sangat besar bagi masyarakat. Salah satu faktor yang menjadi sebab tertundanya penyelesaian bendungan tersebut adalah keberadaan Sesar Baribis yang melewati bendungan tersebut.
Padahal, menurut Basuki, keberadaan sesar bisa diantisipasi dengan dukungan data dan studi untuk meminimalkan risiko yang mungkin timbul.
Dalam melaksanakan tugasnya, para geolog harus melakukan identifikasi dan analisa risiko, mitigasi, dan manajemen risiko, sehingga kegagalan konstruksi bisa diminimalkan, serta selalu membangun mengkomunikasikan risiko kepada para stakeholder.
"Diperlukan pola pikir, strategi, metode kerja, serta terobosan teknologi, dan aksi nyata yang inovatif untuk mengawal dan mendukung percepatan pembangunan infrastruktur," ujarnya.
Beberapa proyek infrastruktur PUPR yang melibatkan ahli geologi, diantaranya pembangunan jalan perbatasan Papua sepanjang 1.098,2 km, pembangunan jalan tol Trans Sumatera Palembang-Indralaya sepanjang 22 km dengan menggunakan teknologi vacuum preloading, untuk mengatasi tegangan negatif dan mempercepat proses konsolidasi tanah. Kemudian pembangunan jalan tol Trans Sumatera Pekanbaru-Dumai dengan menggunakan teknologi mini piles dan load transform platform (LTP) dan pembangunan jalan tol Trans Jawa Pemalang Batang sepanjang 39,2 km dengan teknologi vacuum preloading.
Lalu ada pembangunan rumah instan sederhana sehat dengan teknologi risha di Pidie Jaya, Aceh, yang tahan gempa dan bisa dibongkar pasang dengan mudah. Ada pula pembangunan ruas jalan Manokrawi-Bintuni dengan teknologi kisi beton dan sebagainya.
Pakar geologi juga berperan dalam penentuan topografi, hidrologi, dan geologi kompleks dalam pembangunan jalan tol Pekanbaru-Padang, Sabo DAM untuk mitigasi Gunung Merapi, dan pembangunan terowongan Tol Cisumdawu.
Dalam pembangunan bendungan, seperti Bendungan Gondang dan Raknamo, pakar geoteknik berperan dalam pemilihan lokasi penggenangan, desain fondasi, desain tubuh bendungan dan desain sistem instrumentasi dan hingga perhitungan pondasi, sampai membuat lay-out atau lokasi spillway, saluran pengelak dan lain-lain.
(** Artikel ini merupakan kerja sama Kementerian PUPR dan Suara.com)