Ini yang Bikin Suu Kyi Susah Menolong Rohingya

Jum'at, 15 September 2017 | 14:35 WIB
Ini yang Bikin Suu Kyi Susah Menolong Rohingya
Aung San Suu Kyi. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konselor Myanmar Aung San Suu Kyi, mendapat banyak kecaman karena dinilai tidak berperan akatif dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan Rohingya di Myanmar. Kecaman dialamatkan kepada Suu Kyi juga mengingat dia adalah penerima Nobel Perdamaian tahun 1991.

Namun, kecaman tersebut tidak sepenuhnya disetujui oleh Usman Hamid. Direktur Amnesty International Indonesia itu mengatakan, Suu Kyi sudah berperan cukup untuk mendamaikan seluruh etnis di Myanmar.

"Sebenarnya Suu Kyi pada Mei 2017, mengumpulkan 1.400 perwakilan organisasi yang tergabung dalam EAO (Ethnic Arms Organizations)—persatuan milisi pemberontak berdasarkan etnis—untuk mendorong suatu proses rekonsiliasi," kata Usman di kantor Amnesty International Indonesia, Jalan Proboloinggo, Gondangdia Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (15/9/2017).

Usman mengatakan, langkah yang telah diupayakan oleh perempuan yang dijuluki Steel Orchid (Anggrek Baja) oleh media Inggris tersebut, sama dengan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia kekinian.

Baca Juga: Diskriminasi Gender, Google Dituntut 3 Perempuan Eks Karyawan

Namun, kata dia, langkah tersebut harus berhadapan dengan otoritas militer Myanmar yang masih mengusai sejumlah lembaga kementerian.

"Suu Kyi juga harus berhadapan dengan pengaruh kekuasaan dari otoritas militer, yang sampai hari ini belum sepenuhnya melepaskan kendali pemerintahan kepada Aung San Suu Kyi," katanya.

Usman menuturkan, sebagai pemimpin Myanmar, Suu Kyi hanya menguasai sejumlah kementerian di Myanmar. Salah satunya adalah Kementerian Luar Negeri.

"Karena Aung San Suu Kyi hanya menguasai beberapa kementerian saja termasuk Kementerian Luar Negeri. Rekonsiliasi itu yang saya kira bisa jadi jalan keluar dan saran komisi penasehat, mantan slSekjen PBB Kofi Annan itu menjadi sangat penting untuk mengembalikan etnik Muslim minoritas Rohingya ke dalam kewarganegaraan Myanmar," lanjut Usman.
 
Usman juga berharap warga Indonesia tidak menilai krisis Rohingya sebagai konflik antaragama. Sebab, yang menjadi korban persekusi militer Myanmar tidak hanya Rohingya yang kebetulan mayoritas beragama Islam mazhab Sunni.
 
"Militer Myanmar juga melakukan persekusi terhadap etnis Karin yang beragama Kristen di daerah perbatasan dengan Thailand. Mereka juga melakukan persekusi terhadap umat Muslim Syiah," tandasnya.

Baca Juga: Kronologis Anggota Jakmania Dibacok-bacok, Tangan Kanan Putus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI