Suara.com - Warga Amerika Serikat betul-betul masih mengingat detik demi detik peristiwa tragis, saat teroris Al Qaeda mampu menembus jantung kehidupan negara adidaya itu pada 11 September 2001. Kala itu, dua pesawat yang dibajak ditabrakkan ke menara kembar World Trade Center (WTC).
Tragedi yang sering disebut sebagai WTC 11/9 itu kembali diperingati dengan penuh duka cita oleh warga negeri ‘Pakde Sam’, Senin (11/9/2017).
Pada hari yang sama, sejumlah rekaman telepon para pengunjung WTC dan dari dalam pesawat dipublikasikan setelah 16 tahun peristiwa tersebut.
Selain itu, rekaman suara telepon korban yang berada di markas besar militer AS, Pentagon, serta lapangan di Pennsylvania juga dipublikasikan. Kesemua lokasi itu menjadi lokasi serangan teroris secara serentak.
Baca Juga: Laki-Laki Suriah Azan di Istana Kuno Spanyol Jadi Viral, Kenapa?
Peristiwa itu sendiri menyebabkan sedikitnya 2.997 warga sipil tewas dan melukai ribuan lainnya. Sejak saat itu, militer AS getol mengekspansi negara-negara yang diklaim sebagai teroris.
Seperti dilansir Independent, Selasa (12/9), rekaman telepon para korban itu sempat dijadikan barang bukti dalam proses pengadilan dalang aksi teroris itu, yakni Zacarias Moussaoui.
Berikut sejumlah pembicaraan telepon korban sebelum detik selanjutnya tewas yang ditranskripkan Independent.
Melissa Doi: Temani Aku
“Bisakah kau tidak menutup telepon ini. Temanilah aku, tolong? Aku sedang sekarat,” tutur Melissa Doi kepada petugas kepolisian melalui sambungan telepon, 11 September 2001.
Baca Juga: Cerita Polisi Soal Pasutri Dibunuh Dimasukkan Bed Cover
Itu adalah permintaan terakhir Melissa. Sang polisi yang menjawab teleponnya akhirnya mematikan sambungan komunikasi itu setelah tak lagi mendengar suara Melissa. Hanya mendengar suara gemuruh gedung runtuh dan setelahnya sunyi.
Melissa adalah perempuan berusia 32 tahun yang bekerja di lantai 83 menara selatan WTC. Ia mengakui terjebak bersama lima rekannya di kantor setelah pesawat United Airlines bernomor penerbangan 175 menabrak gedung tinggi kebanggaan AS tersebut.
“Kami akan menyalamatkan kalian, kami berjanji. Bertahanlah kalian,” tutur petugas polisi ketika ditelepon Mellisa.
“Belum ada orang di sini dan lantai kami sudah dikepung api. Kami tak bisa bernafas. Panas, di sini sangat panas,” tutur Mellisa, panik, sebelum mengutarakan pesan terakhirnya.
Kevin Cosgrove: Aku baik-baik saja istriku
Kevin tak menduga, siang hari itu adalah kali terakhir ia bisa mendengar suara sang istri. Laki-laki berusia 46 tahun itu terjebak di menara selatan WTC setelah pesawat yang dibajak teroris, menabrak gedung tersebut. Ia lantas menelon 911, nomor darurat AS.
“Aku masih muda, aku belum siap mati,” tuturnya terbata-bata kepada petugas melalui telepon.
“Istriku berpikir aku baik-baik saja. Aku meneleponnya dan mengatakan sudah meninggalkan WTC sebelum ditabrak pesawat teroris. Tapi sebenarnya aku bohong,” terangnya.
Setelah mengucapkan hal itu, operator 911 mendengar suara teriakan histeris dan gemuruh lantai roboh. Telepon Kevin pun terputus.
Betty Ong: Kami Dibajak
Betty berada dalam penerbangan bersama pesawat American Airlines Flight 11 pada hari nahas itu. Namun, perjalanannya yang tenang mendadak menjadi riuh ketika para penumpang mengetahui sejumlah kru pesawatnya dianiaya dan disandera sekelompok orang.
Betty lantas berinisiatif menelepon operator maskapai penerbangan itu.
“Ruang kokpit tak menjawab panggilan kami. Seseorang disandera di kelas bisnis. Kami tak bisa bernafas, aku tak tahu, kupikir kami dibajak.”
Namun, sambungan telepon itu akhirnya terputus. Sedetik kemudian, pesawat itu menabrak menara selatan WTC.