Suara.com - Federasi Olahraga Panjat Internasional (IFSC) regional Asia soroti kuota nomor pertandingan panjat tebing di pentas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Presiden IFSC Asia Anthony Seah mengklaim, idealnya panjat tebing memainkan 10 nomor dalam multicabang olahraga empat tahunan yang akan berlangsung di Indonesia tersebut.
"Idealnya dalam Asian Games 2018, panjat tebing memainkan total 10 nomor untuk putra dan putri yang bisa terdiri dari speed world record perorangan, speed classic perorangan, lead perorangan, boulder perorangan dan speed beregu," kata Anthony saat penutupan test event menuju Asian Games 2018 cabang olahraga panjat tebing di Cikole, Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (10/9/2017) malam.
Ia menyebutkan 10 nomor pertandingan itu adalah standar jumlah dalam event berskala internasional termasuk untuk sekelas Asian Games.
Baca Juga: Mendadak Sakit Usai Olahraga, Novanto Tak Penuhi Pemeriksaan KPK
Jika itu diimplementasikan di Asian Games 2018, benua kuning--sebutan benua Asia--dan Indonesia akan menjadi martir dalam penyelenggaraan lomba panjat tebing di gelaran multicabang berskala internasional.
Hal ini, kata dia, harus disadari semua pihak, termasuk Dewan Olimpiade Asia (OCA), untuk melihat ini sebagai momentum sempurna untuk ditunjukan pada dunia.
OCA sendiri dikabarkan menginginkan panjat tebing hanya memainkan empat nomor saja dalam Asian Games 2018.
Terkait polemik tersebut, IFSC Asia menyatakan dukungannya bagi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) untuk menambah kuota nomor pertandingan, termasuk memasukan nomor speed world record.
"Empat nomor itu sebenarnya belum secara resmi diputuskan. Namun, kami juga terus mendorong OCA dengan bernegosiasi agar menambah jumlah nomor pertandingan syukur-syukur mencapai angka ideal, termasuk mengakomodasi keinginan Indonesia sebagai tuan rumah," kata Anthony.
Baca Juga: Usai Antar Anak ke Sekolah, Dua Polisi Dibuntuti, Lalu Didor
Akan tetapi, lanjut dia, dorongan utama tetap harus datang dari Indonesia sendiri sebagai penyelenggara melalui FPTI, KOI (Komite Olimpiade Indonesia), dan INASGOC--panitia pelaksana Asian Games 2018--untuk memperjuangkannya.