Suara.com - Gara-gara kebiasaan merokok, Zainal Abidin, kehilangan suara. Tumor tumbuh di pita suara lelaki berusia 61 tahun itu sehingga dokter harus mengangkatnya.
Ketika ditemui Suara.com di rumahnya yang berada di Perumahan Griya Yasa Lestari, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat, Rabu (6/9/2017), Zainal hanya bisa berkomunikasi lewat tulisan.
Zainal menceritakan pengalaman, yang dimulai dari perasaan nyaman saat merokok, sampai menyadari ternyata hal itu membawa petaka di hari tua.
“Saya merokok mulai dari tahun 1973, saat saya masih kelas dua STM. Saya awalnya suka rokok kretek. Tapi mulai tahun 2002, saya coba ganti rokok putih. Ternyata rokok putih lebih enak. Tahun 2014 saya mulai ganti-ganti lagi. Nggak menentu kadang kretek, kadang rokok putih,” kata Zainal lewat tulisan.
Zainal tidak bisa berhenti merokok karena ketika itu merasa mendapatkan ketenangan saat menghisap nikotin.
Sampai akhirnya petaka itu datang. Awal mulanya muncul radang tenggorokan. Setelah itu timbul benjolan.
Zainal mengatakan benjolan tersebut semakin lama semakin membesar. ternyata benjolan ini adalah sel tumor ganas.
Dia didiagnosa kanker laring pada April 2016 dan kemudian harus merelakan lehernya dibolongi.
Tumor tersebut harus diangkat agar jangan menjalar ke organ lain.
Sadar
Zainal dulu perokok berat. Sehari, dia bisa menghabiskan tiga sampai empat bungkus rokok. Hampir semua merek rokok pernah ia coba. Mulai dari kretek sampai rokok putih.
Zainal menyadari menghisap rokok sebenarnya tidak benar-benar memberikan ketenangan hidup seperti yang ia percaya selama ini.
“Ketenangan dan rasa nyaman yang diberikan oleh rokok hanya bersifat sementara. Semua itu hanya pelarian kita. Jika ingin tahu bagaimana lari dari kejenuhan, berdzikirlah,” kata Zainal.
Sebelum kehilangan pita suara, Zainal aktif menyelenggarakan pengajian di rumahnya. Ia juga aktif mengajar keagamaan.
“Saya di sini buka kajian. Karena kajian di sini tidak dipungut biaya, maka para ikhwan (jamaah lelaki) sering membawakan saya rokok. Nah tiap kajian itulah saya dapat rokok banyak sekali,” kata Zainal. Ketika menceritakan itu, dia bisa tertawa.
Setelah memiliki keterbatasan cara berkomunikasi, Zainal menghentikan pengajian di rumahnya.
“Sekarang kan saya sudah tidak bisa bicara seperti dulu lagi. Saya hanya bisa menjelaskan pada jemaah yang datang lewat tulisan seperti ini. Tidak maskimal memang. Tapi ya saya juga tidak bisa menolak mereka jika ingin bertanya kepada saya,” katanya.
Kini, dia punya kesibukan yaitu menekuni dunia tulis menulis.
Ia menunjukkan salah satu kisahnya dalam bentuk tulisan kepada Suara.com yang diunggah melalui aplikasi blog berbasis cryp to currency.
Pengalaman hidup Zainal menjadi korban rokok yang ditulis itu mendapatkan respon baik publik. [Dinda Shabrina]