Suara.com - Tentara Myanmar diklaim mengumpulkan dan membakar mayat-mayat warga Rohingya di Rakhine sejak dua pekan silam, untuk menutupi jejak pembantainnya.
Klaim tersebut dilontarkan Direktur Arakan Project, Crhis Lewa, yang dipublikasikan media berbasis di Inggris, Independent.co.uk, Senin (4/9/2017) awal pekan ini. Arakan Project merupakan organisasi nirlaba yang fokus memantau penegakan hak asasi Rohingya.
"Kami mendokumentasikan pembunuhan sedikitnya 130 warga di kamp pengungsian wilayah Rathedaung. Ini belum termasuk pembantaian di tiga desa lainnya," kata Chris Lewa.
Baca Juga: Umat Buddha Indonesia Galang Dana Kemanusiaan untuk Rohingya
Setelah melakukan pembunuhan, kata Chris, militer Myanmar mengumpulkan seluruh mayat Rohingya untuk dibakar.
"Mayat-mayat itu termasuk jasad perempuan dan anak-anak. Aksi itu jelas untuk menutupi jejak pembantaian massal," tukasnya.
Laporan Arakan Project tersebut belum terkonfirmasi kepada militer Myanmar. Organisasi itu juga belum mendapatkan pengakuan dari para pengungsi Rohingya yang selamat dan kekinian berada di kamp pengungsian Bangladesh.
Selama dua pekan terakhir, sedikitnya 123.000 warga Rohingya bergerak ke perbatasan Myanmar-Bangladesh, setelah militer menggelar operasi.
Operasi militer itu dilakukan pemerintah Myanmar untuk memberantas gerombolan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang masuk daftar teroris oleh pemerintah negeri tersebut.
Baca Juga: Gabung PSI, Giring Nidji Banjir Ucapan Selamat Politikus Muda