Dukung Rohingya, Alqaida Serukan Serangan ke Otoritas Myanmar

Tomi Tresnady Suara.Com
Senin, 04 September 2017 | 01:30 WIB
Dukung Rohingya, Alqaida Serukan Serangan ke Otoritas Myanmar
Sekelompok warga Rohingya yang melarikan dari dari aksi kekejaman militer Myanmar, duduk di tepi jalan Nykkhongchhari, Bangladesh [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemimpin senior cabang Yaman Alqaida menyerukan serangan terhadap otoritas Myanmar sebagai dukungan bagi minoritas Muslim Rohingya, kata pusat pemantauan SITE, Sabtu (2/9/2017).

Ribuan Rohingya telah melarikan diri dari serangan yang mereka klaim dilakukan pemerintah terhadap desa mereka.

Sekitar 1,1 juta warga Rohingya, Myanmar, merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemimpin Aung San Suu Kyi, yang dituduh oleh kritikus Barat gagal mendukung warga Muslim yang telah lama mengeluhkan penganiayaan.

Dalam sebuah pesan video yang diluncurkan oleh yayasan media Alqaida, Malahem, Khaled Batarfi meminta umat Islam di sejumlah tempat untuk mendukung saudara Muslim Rohingya mereka melawan "musuh-musuh Allah".

Baca Juga: Ini yang Dilakukan Indonesia untuk Bantu Rohingya

Batarfi, yang dibebaskan dari penjara Yaman pada tahun 2015 ketika Alqaida di Jazirah Arab (AQAP) merebut kota pelabuhan Mukalla, juga mendesak cabang Alqaida India untuk melakukan serangan.

Sekitar 58.600 Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh dari Myanmar, menurut badan pengungsi PBB, UNHCR.

Pejabat Myanmar menuduh Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) membakar rumah-rumah. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terkoordinasi terhadap pos keamanan pekan lalu yang memicu bentrokan dan serangan balik militer yang besar.

Namun warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan bahwa tentara Myanmar melakukan kampanye pembakaran dan pembunuhan untuk mengusir mereka.

Rohingya ditolak kewarganegaraannya di Myanmar dan dianggap sebagai imigran ilegal, meski mengklaim memiliki nenek moyang yang berabad-abad lalu.

Baca Juga: Jokowi Tanggapi Pembantaian Rohingya: Harus Segera Dihentikan

Bangladesh, lokasi lebih dari 400.000 warga Rohingya hidup sejak mereka mulai melarikan diri dari Myanmar pada 1990-an, juga bersikap semakin bermusuhan kepada kelompok minoritas itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI